Sabtu, 02 Mei 2015

Mengajarkan Qur'an dan Dzikir

❤ RESUME AKADEMI KELUARGA❤

PARENTING NABAWIYAH

Resume Akademi Keluarga Kelas Tanah Baru

(Info Akademi Keluarga Tanah Baru: 083 88 222 567)

Hari/ tgl       : Rabu, 8 April 2015
Tema             : Mengajarkan Qur'an dan Dzikir
Narasumber : Ust. Ja'far Abu Shofiya
Resume by    : Annisa Elmiani

�� Memulai dengan surat Ad-Dhuha dan mentadabburinya. Hal yang selalu ingin dilakukan agar kita hamba Allah selalu bersyukur.

Dalam surat Ad-Dhuha menyimpan banyak hal berkenaan kewajiban untuk bersyukur.

◆ Ayat 1 dan 2

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ وَالضُّحَىٰ

Demi waktu matahari sepenggalahan naik,

وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ

dan demi malam apabila telah sunyi (gelap),

》Allah swt bersumpah dengan nama makhlukNya, maka seorang hamba tidak boleh mengatakan demi malaikat, demi nabi, dsb.

◆ Ayat 3

مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ

Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.

》Rasul ketika ditanyakan suatu perkara, berkata bahwa beliau akan menjawabnya setelah diturunkan wahyu. Allah menguji dengan tidak diturunkan wahyu beberapa waktu lamanya, sehingga Rasulullah saw mendapat ejekan. Dengan ayat ini, Allah menenangkan beliau.

◆ Ayat 4 dan 5

وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَىٰ

Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).

وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰ

Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.

》Menjelaskan bahwa akhirat adalah lebih utama.

◆ Ayat 6-8

أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?

وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ

Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.

وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَىٰ

Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.

》Allah telah banyak memberi kenikmatan kepada Rasulullah. Dalam kehidupan sehari-hari seakan-akan Allah swt ingin berkata pada makhlukNya "bukankah Kami yang mencukupkan rezeqi, menitipkan anak-anak kepadamu?". Ini pertanyaan yang jawabannya tidak cukup hanya "iya" atau "tidak", tapi lebih jauh lagi adalah apa yang bisa kita berikan kepada Allah swt.

◆ Ayat 9  dan 10

فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ

Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.

وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ

Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.

》Bersyukur dengan melindungi anak yatim, berbuat baik dan tidak berlaku sewenang-wenang.

◆ Ayat 11

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.

》Muhadatsah adalah percakapan. Dalam hal ini, fahaddits artinya dituntut untuk bercakap-cakap atas nikmat Allah swt. Teruslah sampai tidak cukup lagi untuk membicarakan nikmat Allah.

◆ Surat Ad-Dhuha dikorelasikan dengan Surat Ibrahim: 34

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).

● Allah swt menciptakan kita dari keadaan tiada menjadi ada, dari air yang najis. Lalu apa yang kita berikan kepada Allah?.

● Contoh:
Ada dua orang bersahabat. Yang seorang diberi kecukupan sedangkan yang lain diberi kekurangan. Yang seorang tadi suka membantu kesulitan sahabatnya. Sehingga ada perasaan sang sahabat ingin membalas kebaikannya, ada rasa tidak nyaman, rasa ingin membalas bagaimanapun keadaannya.
Terhadap kebaikan sesama saja kita merasa tidak enak, lalu bagaimana kita sebagai hamba Allah swt?

�� Jika kita memiliki anak dan berharap agar menjadi anak yang taat kepada Allah swt. Niatkanlah ini sebagai upaya untuk membayar hutang-hutang kita atas kebaikan Allah swt, meskipun Allah tidak pernah menuntutnya.
Jika amanah, maka surga tempatnya. Jika tidak amanah, maka termasuk hamba yang kufur dan neraka tempatnya.

● Cium dan peluk anak kita, katakan "Nak, berbaktilah kepada Allah swt".

● Ada video via youtube dari Kizikistan (pecahan Rusia) yang menggambarkan kehidupan anak-anak penghafal Al-Qur'an.
Ada guru yang mengajarkan dan membetulkan bacaan anak-anak tersebut. Ada anak yang baru berusia 11 tahun sudah menjadi ustadz. Anak-anak tersebut meskipun menghafalkan Al-Quran tapi tetap punya waktu bermain dan masa kanak-kanaknya tetap ceria.

● Sampai saat ini kita tidak tahu mengapa anak-anak bisa menghafal Al-Qur'an dengan bacaan yang bagus. Dikatakan bahwa "sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur'an sebagai peringatan dan Kami akan menjaganya ada dalam hati orang-orang beriman".

● Mengajarkan Al-Qur'an dan Dzikir dengan Talaqqi

Awal mula talaqqi ialah ketika Jibril mendatangi Rasulullah saw untuk mengajarkan kepada beliau tentang Islam, Iman, dan Ihsan.

Dari Umar ra, ia berkata, “Suatu hari ketika kami duduk-duduk di dekat Rasulullah saw tiba-tiba datang seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Kemudian dia duduk di hadapan Nabi saw lalu menempelkan kedua lututnya kepada lutut Beliau saw dan meletakkan kedua telapak tangannya di paha Beliau saw, sambil berkata, “Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang Islam?” Rasulullah saw menjawab, “Islam adalah kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, kamu mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika kamu mampu,“ kemudian dia berkata, “Engkau benar.“ Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahukanlah kepadaku tentang Iman?“ … dst” (HR. Muslim).

》Talaqqi, yaitu:

◆ Duduk berhadap-hadapan.
◆ Bacakan Al-Qur'an per ayat berulang-ulang dan minta anak menirukan.
◆ Jika anak sudah mahir membaca Al-Qur'an, perintahkan  ia menghafal mandiri dan anda menyimaknya.
◆ Simak hafalannya sampai hafalan anak menguat.

》Dalam talaqqi ada 5 unsur, yaitu:

1| Tahsin Tilawah; sebelum mengajarkan Al-Qur'an pada anak, orang tua harus terlebih dahulu membetulkan bacaannya.

2| Qiraah Mitsaliyah; memberikan contoh bacaan yang benar kepada anak.

3| Murajaah; mendampingi anak mengulang hafalan.

4| Tasmi; anak memperdengarkan hafalan di hadapan orang lain.

5| Musabaqah; mengikutsertakan anak dalam lomba hafalan qur'an agar termotivasi.

● Jadi, sebelum memperbaiki bacaan anak, perbaiki dulu bacaan Al-Qur'an kita.
Ulama-ulama terdahulu bisa begitu luar biasa karena belajar dari ayah bundanya, dari keluarganya. Tradisi ini masih sangat kuat di suatu negeri. Jika ditanya darimana menghafal Qur'an? Dari ummi/abi. Dari mana belajar hadits? Dari paman, dll.

● Talaqqi amat penting, anak-anak yang belum bisa membaca tetap bisa menghafal sambil mendengar dan melihat bundanya.

● Anak itu mengikuti siapa yang mentalaqqinya. Jadi, terlebih dahulu kita harus belajar tahsin.

● Di dalam islam, untuk mendidik anak menjadi orang hebat, anak sudah diajari batasan-batasan. Hafalan sendiri mengajarkan anak untuk:

¤ tahsin tilawah melatih untuk sabar.
¤ qiraah mitsaliyah melatih untuk bisa taat dengan apa yang diajari gurunya.
¤ Setelah itu murojaah, mengajari untuk bertanggung jawab dalam menjaga hafalannya.
¤ Tasmi' melatih anak untuk berani.

● MARI KITA BANDINGKAN!

》Terjemahan QS. An Naml: 40

“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia“. (QS. An Naml: 40)

Nabi Sulaiman as. Allah anugerahi kerajaan yang begitu luar biasa. Bahkan salah satu pengikutnya mampu mengirimkan singgasana Ratu Balqis hanya dalam satu kedipan mata atau bahkan lebih singkat lagi! Padahal jarak yang harus ditempuh ialah dari Yaman ke Palestina.

》Terjemahan QS. Al-Fajr: 6-13

“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Aad? (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,​ ​dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah,
dan kaum Fir'aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak), 
yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu,  karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab," (QS. Al-Fajr: 6-13).

Dikisahkan tentang Kaum ‘Aad yang mampu membuat istana-istana dari lembah-lembah pegunungan. Juga Fir'aun yang mempunyai pasukan yang banyak. Namun, Allah hancurkan mereka disebabkan keingkarannya terhadap ayat-ayatNya.

Bagaimanalah kondisi kita dengan keadaan mereka yang begitu maju. Maka sudah seharusnyalah kita mempelajari Al-Qur'an sebagai pegangan kehidupan.

● MARI KITA BANDINGKAN!

A. Para Ulama Rabbani
   
● Imam Asy Syafi'I (150  H-204 H) hafal Qur'an usia 7 tahun.
● Imam Ath-Thabari (224 H-310 H) hafal Qur'an usia 7 tahun.
● Ibnu Qudamah (541 H-620 H) hafal Qur'an usia 10 tahun.
● Ibnu Hajar Atsaqalani (852 H) hafal Qur'an usia 9 tahun.

B. Para Ilmuwan Muslim

● Ibnu Sina (370 H-482 H) hafal Quran usia 10 tahun.
● Ibnu Khaldun (732 H-808 H) hafal Quran usia 7 tahun.
● Al Biruni (362 H-440 H) hafal Quran usia kecil.

C. Para Pemimpin Besar Dunia

● Umar bin Abdul Azis (61 H-101 H) hafal Quran saat masih kecil.
● Muhammad Al Fatih (833 H-886 H) penakluk Konstantinopel hafal Quran di usia kecil.

Jika dibandingkan dengan kita amatlah jauh perbedaannya. Bagaimana selama 16 tahun (SD hingga Universitas) kita mengenyam pendidikan formal dan mengesampingkan Al Quran. Usia sekitar 23 tahun baru keluar universitas dan berpikir untuk berkarya.

Kita bisa lihat tokoh-tokoh islam tersebut di atas telah menghafal Al Quran di usia dini. Ternyata itu sudah merupakan sistem. Bahwa ternyata para penghafal Al Quran itu adalah standar yang harus dilalui, apapun keahliannya (bukan hanya untuk menjadi ahli agama).

》Jika dirata-rata urutan perjalanan para generasi awal di masa itu:

● 8-10 tahun      : Hafal Al Quran 30 Juz.
● Belasan tahun: Hafal kitab hadits, belajar fiqh, bahasa dan ilmu lainnya.
● 20an tahun     : Menjadi orang besar di masyarakatnya dengan prestasi gemilang.

Orang-orang besar seperti Muhammad Al-Fatih di usia 25 tahun sudah menjadi seorang sultan karena sudah ditanamkan sejak kecil.
Juga karena sistem tersebut yg pernah dibuat umat islam selama memakmurkan bumi dengan prestasi-prestasi yang sesungguhnya karyanya lebih hebat dari karya ilmuwan barat hari ini.

● Mengapa Harus Hafalkan Al-Qur'an?

》Allah swt menjanjikan akan mengangkat derajat orang-orang yang menjaga Al-Qur'an.

"Sesungguhnya Allah swt mengangkat derajat beberapa kaum  dengan adanya kitab Al-Qur'an ini -yakni orang-orang yang beriman- serta menurunkan derajatnya kaum yang lain-lain dengan sebab Al-Qur'an itu pula -yakni menghalang-halangi pesatnya islam dan tersebarnya ajaran-ajaran Al-Qur'an itu". (HR. Muslim).

》 Rasulullaah saw bersabda, “Aku telah tinggalkan dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang teguh pada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnahku” (Hadist Shahih Lighairihi, HR. Malik

● Masihkah Kita Menunda Anak Kita untuk Menghafal Al-Qur'an?

◆ Perbaiki Niat!

◆ Berdoa agar Allah swt meridhai perjuangan yang kita lakukan.
Setelah meninggal terputus semua perkara kecuali 3 hal, yaitu amal jariyah, ilmu yg diamalkan, dan anak shalih yang mendoakan.

◆ Kita perjuangkan agar anak menjadi shalih. Shalih dulu, sehingga dengan keshalihannya ia akan mendoakan kita.

◆ Anak ketika sudah punya teman akan lebih memilih main bersama teman daripada menemani orang tua. Apalagi setelah memiliki pasangan, anak. Jika kita memberikan pendidikan yang baik, meski kerinduan anak terhadap kita menurun, namun ada ketakwaan dalam hatinya sehingga ia selalu ingin dekat dengan Allah swt. Baktinya kepada Allah swt akan membuatnya selalu sayang pada orang tuanya. Ia berharap ridha Allah dengan berbakti kepada orang tua.

● Bukti Keberhasilan:

¤ Ada iman dan takwa dalam hati anak. Sesibuk apa pun, ia akan selalu ingat pada orang tuanya.

¤ Anak shalih akan menemani kita hingga akhir hayat. Bonus anak penghafal Qur'an:

Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikanlah mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini: dijawab: “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an” (Hadits diriwayatkan oleh Al Hakim dan ia menilainya sahih berdasarkan syarat Muslim (1/568), dan disetujui oleh Adz Dzahabi).

��Bagaimana mengatasi anak yang bosan beribadah (solat, menghafal qur'an)?

◆ Itu merupakan hal yang wajar. Bahkan orang dewasa pun bisa mengalaminya. Pelan-pelan pertemukan dengan komunitas yang bisa menambah semangatnya. Terus tanamkan kecintaan.

��Cara hafalan dan  murojaah untuk anak seperti apa?

◆ Ba'da subuh bisa untuk tambah hafalan, ba'da maghrib murojaah.
Hafalan bisa berurutan, misalnya mulai dari An-Nas sampai ke An-Naba.

◆ Ada 3 sistem hafalan:
1. Ziyadah; Hafalan baru yang disetorkan.
2. Sabki; Mengulang hafalan yang sedang dihafal. (Misalnya sedang menghafal juz 5 halaman 8, maka halaman 1-7 disebut sabki).
3. Murajaah; Mengulang juz-juz yang telah dihafal. (Misalnya sedang menghafal juz 5, maka juz 1-4 disebut Manzil).

��Bolehkah anak diimingi-imingi hadiah?

◆ Tanamkan pada anak, bahwa hadiah itu tidak sebanding dengan yang Allah berikan.

Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda; "jumlah tingkatan-tingkatan surga sama dengan jumlah ayat-ayat Al Qur’an. Maka tingkatan surga yang di masuki oleh penghafal Al Qur’an adalah tingkatan yang paling atas, dimana tidak ada tingkatan lagi sesudah itu".

Sampaikan pada anak, bahwa jika ia menghafal qur'an, kelak akan jadi penghuni surga.

��Jika anak masih cadel tetap dibiasakan, terus biarkan berjalan alami, tunggu keajaiban dari Allah swt.

+++
Menambahkan dari Bunda Eki (www.ourlittlenotes.wordpress.com)

�� Contoh teknis pengajaran al Quran kepada anak untuk menghafal (misalnya QS. An Najm (53)):

Pertama, orangtua memperbaiki bacaan dan mengetahui bacaan al Quran sesuai tajwid (tahsin tilawah).

Kedua, ajarkan al Quran pada anak di waktu khusus misalnya bada’ subuh atau waktu lainnya yang dapat disesuaikan dengan rutinitas kita.
Dengan duduk berhadap-hadapan orangtua mencontohkan bacaan QS 53 : 1 yaitu: وَٱلنَّجۡمِ إِذَا هَوَىٰ misalnya sebanyak satu hingga tiga kali (qiraah mitsaliyah).

Ketiga, orangtua meminta anak untuk mengulang-ulang ayat pertama tersebut hingga hafal, misalnya sebanyak lima hingga sepuluh kali (murajaah).

Keempat, setelah anak hafal ayat pertama tadi, kita dapat menambah hafalan ke ayat berikutnya dengan mencontohkan bacaannya terlebih dahulu (qiraah mitsaliyah), QS 53:2 yaitu: مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمۡ وَمَا غَوَىٰ (dapat langsung satau ayat atau dipotong-potong ayatnya).

Kelima, setelah anak menghafal ayat kedua, kita beri contoh kembali bacaannya dari awal (orangtua membaca ayat pertama dan kedua), lalu meminta anak untuk mengikuti dan mengulang-ulang sendiri kedua ayat yang telah dihafalnya (murajaah).

Demikian seterusnya. Jika anak telah hafal beberapa ayat atau satu surat, minta anak untuk membacakan hafalan tersebut di waktu lainnya di hadapan orangtua, kakek nenek atau orang lainnya (tasmi').

Tidak ada komentar:

Posting Komentar