Minggu, 12 Juli 2015

Perkembangan Bahasa Bayi Usia 0-2tahun

Kuliah WhatsApp Grup Rumah Main Anak
��������������������

Hari, tanggal : Selasa, 7 Juli 2015
Judul Materi : Perkembangan Bahasa  Bayi Usia 0-2tahun
Nama pemateri : Puti Ayu Setiani, S.Psi
Di resume oleh : Shona Vitrilia

������������������
Perkembangan Bahasa Bayi
〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Tiga tahun pertama kehidupan saat dimana otak sedang berkembang dan mematang merupakan periode yang  intensif dalam perkembangan kemampuan bicara dan bahasa bayi. Ketrampilan ini akan berkembang baik melalui suara, hal yang dilihat, paparan yang konsisten yang didapatkan dari pembicaraan dan bahasa orang di sekitar bayi.

Tanda-tanda bayi berkomunikasi terjadi ketika bayi belajar bahwa menangis akan membawa makanan, kenyamanan, dan perhatian. Bayi yang baru lahir juga mulai mengenali suara penting dari lingkungannya, seperti suara ibu atau pengasuh utama. Umumnya pada usia 6 bulan, bayi mulai mengenali suara dasar bahasa utama mereka.

Berikut merupakan capaian perkembangan bahasa bayi:
��0-3 bulan
Bereaksi terhadap suara keras
Merasa tenang atau tersenyum ketika ada yang mengajaknya berbicara
Mengenali suara pengasuh utama dan menjadi tenang saat mendengarnya (ketika menangis)
Ketika diberi makan (ASI) mulai atau berhenti menghisap untuk merespon suara
Mengoceh seperti “aah”, “uuh” (cooing) dan membuat suara yang menyenangkan
Memiliki tangisan-tangisan khusus untuk kebutuhan yang berbeda (biasanya tangisan ketika lapar, mengantuk akan berbeda caranya)
Tersenyum ketika melihat bunda atau pengasuh utama

��4-6 bulan
Mengikuti suara melalui mata mereka
Berespon bergantung intonasi suara Bunda atau pengasuh utama
Menyadari bahwa mainan dapat menimbulkan bunyi
Memberi perhatian pada suara-suara berirama atau musik
Mulai babling (papapa, bababa, mamama)
Tertawa
Melakukan babling ketika gembira atau tidak senang
Mengoceh ketika sendiri atau sedang bermain bersama orang lain

��7 bulan -1 tahun
Senang saat bermain cilukba
Menoleh dan melihat asal suara
Menoleh ke asal suara ketika dipanggil namanya
Mulai menyadari nama pengasuhnya dan akan bereaksi ketika nama pengasuhnya disebut
Mulai dapat mengungkapkan persetujuan atau ketidaksetujuan dengan mengangguk atau menggelengkan kepala
Mendengarkan ketika diajak berbicara
Tersenyum dan menangis untuk mengekspresikan perasaan mereka
Memahami kata-kata umum seperti, botol, sepatu, minum
Memberikan perhatian untuk perintah sederhana seperti “No”, atau “Kasih ke Bunda”.
Memahami kata “tidak” namun tidak akan selalu mematuhinya
Babling dengan menggunakan rangkaian suara seperti “tata, bibibi, upup”
Babling untuk mendapatkan perhatian
Meniru beberapa suara
Dapat mengucapkan satu atau dua suku kata di ulang tahun pertamanya (misal, mama, hi, dsb).
Berteriak untuk mendapatkan perhatian

��1-2 tahun
Mengetahui beberapa bagian tubuh dan dapat menunjuknya ketika ditanya
Mengikuti perintah sederhana (misal: "lempar bolanya") dan memahami pertanyaan sederhana ("dimana sepatu adek?")
Menikmati ketika mendengarkan cerita pendek dan sederhana, lagu, atau alunan irama
Menunjuk gambar, ketika disebutkan, yang ada di dalam buku
Mampu bertanya beberapa pertanyaan mengenai orang atau sesuatu (misal, cicak mana? Pergi?)
Menggunakan dua kata bersama (misal “mau lagi”)
Menggunakan berbagai macam konsonan di permulaan kata

❤Beberapa hal yang dapat dilakukan
��Mengajarkan bergiliran berbicara yang merupakan aturan sosiolinguistik pertama. Contohnya ketika Bunda mengatakan “Siapa yang pintar?”, Bayi akan berespon dengan suara, lalu Bunda bisa meresponnya dengan mengatakan “Iya, anak Bunda ya pintar”.
��Dengarkan Bayi, jangan menyela bayi ketika sedang asyik mengoceh, tunggu sampai ia berhenti.
��Matikan televisi atau perangkat suara lain ketika sedang belajar berkomunikasi dengan bayi Anda.
��Bacakan buku cerita sederhana ketika tidur. Selain sebagai sarana untuk mengajarkan kata-kata baru, menunjukkan hubungan kata dengan gambar, hal ini juga dapat meningkatkan kelekatan antara anak dengan Bunda.

Karena saya salah mengingat jadwal materi apa yang harus diberikan (yang saya siapkan sebelumnya malah mengenai perkembangan sosial-emosional, ��), semoga yang singkat dan sedikit ini dapat memberikan manfaat bagi Bunda semua. Mohon maaf atas segala kekurangan ��. Semoga bermanfaat ��

Sumber:
www.nidcd.nih.gov

-- Tanya-Jawab --

1⃣Umi Rahmawati, Metro, Lampung. Dzaky Usia 2y4m, sy. Ada beberapa hal yg menganjal Terkait dg Dzaky.  1. Dzaky masih Nenen Sampai Hari ini, Walau Cuma malam saja, pagi - sore dia off, tp utk Malem di minta Nenen lagi, sy berusaha utk wwl tp utk Yg malam berat rasanya, Dzaky jd nangis rewel dsb. Itu Yg membuat sy jd tdk Tega dn Dzaky ttp masih Nenen. 2. Dzaky masih blm bs bab di kamar mandi, dia lebih memilih berdiri Menepi di Tempat Yg dia mau. Sy Sdh menyampaikan jk bab di kamar mandi, Sdh sounding jg tp blm berhasil. 3. Dzaky akhir² ini Suka mukul, Melempar batu dll, sy Sdh berusaha mengehentikan tp dia tdk mau Berhenti Sehingga terpaksa sy sampaikan, bunda Marah. Dia tahu dan paham kalau bunda Marah, Sehingga dia Akan menangis dn minta Maaf ke sy, salahkah/benarkah tindakan saya bun?

Jawab: Bunda Umi, Dzaky sebenarnya sudah melalui satu tahap penyapihan, yaitu sudah off menyusui ketika siang. Nah, sekarang tinggal saat malam hari saja ya berarti. Terdapat beberapa hal yang mungkin Bunda dapat lakukan, yaitu: Bunda mungkin bisa mengalihkannya dengan menawarkan makanan atau minuman pengganti ketika anak meminta ASI; Mengajak bicara anak dengan bahasa yang sederhana, misal “karena adek sudah besar, nenennya jadi di gelas aja ya, tidak sama Bunda.”; Saat proses penyapihan selalu tunjukkan bahwa bukan berarti Bunda tidak menyayanginya lagi, dekap anak, peluk dan cium dirinya; mantapkan hati bunda jika memang sudah berniat untuk menyapih. Ketika Bunda ‘kalah’ oleh rengekan anak, anak menyadari bahwa Bunda sendiri ragu sehingga ia tidak akan rela untuk disapih. Saya tahu itu berat, tapi kuncinya memang konsisten Bun ; Libatkan ayah dalam hal ini, ayah dapat menghibur atau mengalihkan perhatian anak ketika anak rewel meminta nenen; terakhir, Bunda mungkin bisa juga mengalihkan perhatian anak dengan membacakan cerita sebelum tidur sebagai pengganti untuk menyusu.

Untuk pertanyaan no.2, toilet training memang menjadi salah satu tantangan besar pembelajaran di usia dini ya Bun, hehe. Beberapa hal yang bisa Bunda lakukan untuk hal ini, diantaranya: ketika Bunda mengetahui jadwal BAB anak, Bunda bisa menciptakan rutinitas atau menanyakan apakah anak mau BAB atau tidak; Jelaskan kepada anak mengapa BAK harus di toilet. Bunda dapat menggunakan contoh-contoh atau buku cerita untuk menerangkan hal ini; Ajari anak dan beri contoh bagaimana cara menggunakan toilet untuk BAB; Jika perlu, gunakan alat bantu seperti pispot atau toilet seat yang memang diperuntukkan untuk anak; Sosialisasikan rencana toilet training anak kepada seluruh anggota keluarga agar anggota keluarga menerapkan hal yang sama; Jika anak memang terlanjur BAB tidak di kamar mandi, segera angkat ke kamar mandi dan ingatkan bahwa seharusnya BAB itu di kamar mandi; pujilah anak jika berhasil melakukan BAB di kamar mandi. Toilet training ini bukan hanya sekedar kesiapan anak menjalaninya, namun merupakan suatu kerja sama antara Bunda dengan anak, jadi dibutuhkan banyak kesabaran dan usaha agar proses tersebut dapat terjalin dengan menyenangkan.

Untuk pertanyaan no.3, kira-kira menurut Bunda keadaan apa yang membuat Dzaky memukul, melempar batu, dsb? Apakah zaat dzaky lapar, capek, atau saat butuh perhatian? Mengajarkan do and don’t kepada anak memang sangat butuh kesabaran. Bunda bisa mulai mengajarkan Dzaky mengapa perilaku tersebut baik atau tidak boleh dilakukan di saat-saat tenang. Misal ketika Dzaky sedang bermain, Bunda bisa mengajaknya berbicara melalui pretend play, “Kalo dipukul tuh sakit ga ya? Oh sakit ya, makannya dipukul itu tidak enak ya, jadi kita tidak boleh memukul orang”; “Kalo disayang itu Dzaky senang tidak? Senang ya? Nah, makannya kalo sama Bunda, sama ayah, sama teman-teman, Dzaky juga harus sayang karena bisa membuat orang lain senang”. Bunda juga bisa mengajarkan nilai-nilai tersebut lewat buku cerita atau dongeng. Ajarkan anak ketika ia siap menerima pengajaran tersebut, di saat Anak dan Bunda dalam suasana tenang dan menyenangkan. Dengan suasana itu, anak akan lebih cepat menyerap apa yang Bunda ajarkan kepadanya. Dan selalu berikan alasan yang jelas mengapa suatu perilaku boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan agar anak mampu berpikir dan belajar sehingga menerima hal tersebut dengan lapang. Semoga menjawab.

2⃣Anak saya cowok usia 1,5 tahun.dia udah bisa jalan usia 9 bulanan. Namun sampai sekarang masih belum bisa ngomong.palingan ya "ah, eh, uh.." kalo berkomunikasi sambil nunjuk2. Paling banter bilang "itu".
Anak saya udah bisa n paham kalo diajak ngobrol. Kalo dimintai tolong atau 'perintah' gitu dia ngerti n dilakuin. Kalo dia minta sesuatu ya pake bahasanya dia aja.hehe..
Apakah anak saya masih wajar ato udah termasuk lambat bicara? n gimana caranya agar bisa cepet terstimulasi untuk bicara?
Kadang saya minta dia merhatiin bibir saya agar niruin ngucapin satu kata, yg ada malah dia ketawa2. ��
Makasih sebelumnya.
Santy, Medan

Jawab: Bunda Santy, merujuk pada tingkatan perkembangan bahasa, di usia 1,5 – 2 tahun anak memang biasanya sudah mampu berkata “mama”, “papa”, dsb. Di masa ini merupakann masa peka anak untuk diajarkan berbagai macam kosa kata. Untuk menstimulusnya, Bunda bisa kembali menanyakan keinginannya ketika anak menunjuk atau memperlihatkan bahasa tubuh ketika menginginkan sesuatu. Misalnya ketika anak mau minum dan menunjuk-nunjuk gelas, Bunda dapat menanyakan ke anak “Oh, adek mau minum ya?”, dengan begitu anak jadi tahu apa yang mesti disebutkannya ketika ia ingin minum. Bunda juga dapat menstimulusnya dengan bernyanyi, mengobrol, membacakan buku cerita, atau membacakan cerita dengan menunjukkan berbagai gambar yang ada di sana dan aktivitas yang dilakukan (improvisasi, hehe). Jangan takut juga untuk menjelaskan sesuatu secara detail ya Bun, misalnya “Iya, itu bus. Busnya besar dan berwarna merah”, karena anak-anak Anda adalah anak yang cerdas. Insya Allah jika distimulus dan dilatih terus, saat menginjak usia 2 tahun anak sudah memiliki banyak perbendaharaan kata.

3⃣Aslm. Mau nanya nih mba.
Nn

Wajarkah ketika bubling yg biasanya diucapkan anak hilang kmudian muncul kembali ketika diransang. Misal: anak sy sudh bs bilang 'baba' 'mama' atau camouran dr kosakata itu, tp ada masanya tb2 dia gk bubling dan hanya berteriak 'eh' untuk berkomunikasi (memanggil, menunjuk, dll)

Awatif, depok

Jawab: Usia ananda berapa Bun? Karena di usia 9-12 bulan anak memang sudah mulai berteriak untuk mendapatkan perhatian dari Bunda. Ketika ia menginginkan sesuatu atau menunjuk sesuatu, dengan berteriak, ia ingin Bunda memberi perhatian kepadanya agar keinginannya dapat terpenuhi. Babling ini nantinya juga akan berkembang sampai anak mampu mengucapkan satu kata. Jadi, wajar aja ko, Bun ��

Nah, jika anak berteriak menginginkan sesuatu, Bunda bisa menanyakan kepada anak atau menjelaskan ulang permintaannya, "Oh adek mau mobilan ini ya?", jadi anak juga akan belajar mengasosiasikan kalo benda tersebut punya nama.

4⃣Assalamualaikum mba Puti,  sy mau tanya dan share ttg pengalaman anak sy Zahra wkt usianya 3 bulanan mau menginjak 4bln, ada kebiasaan yg unik menurut sy.. Kalau mau minta nenen sll keluar kata "ndring" bahkan kl sdh gak sabar mau nen "ndrriiing" jelas sekali pengucapan huruf "R"nya.. Tp semakin besar pengucapannya R nya malah tdk jelas dan hilang sejak umur 12bln hingga skrg usianya 28bln kl mengucapkan kata yg ada R nya misal: ndring, tidur >> dy blgnya "ndin, tidul"
Pertanyaan sy, normalkah perkembangan bahasanya? Lalu bgmn menstimulasinya agar bs mengucapkan lafadz "R" ? Usia berapa sbnrnya anak bs ngelafadz kan bunyi huruf2 dg benar? Terima kasiiih ya mba sebelumnya kyknya panjang skali ini nanya nya ����

Jawab: ‘Alaikumussalam Bunda. Gak ko, pertanyaannya gak panjang. Yang terjadi saat Zahra berusia 3-4 bulan, Zahra sudah belajar mengasosiasikan ocehan “Ndriiing” dengan mendapatkan ASI. Kata “ndriiing” di sini kan kata yang tidak bermakna dan semakin ke sini Zahra belajar bahwa Ndriing bukan sebuah kata dan Zahra sudah mendengar berbagai macam kata yang bermakna.
Dalam mengajari huruf R diperlukan manipulasi yang cukup kompleks antara lidah, langit-langit, dan bibir. Pada usia sekitar  2-3 tahunlah anak baru mengusai pengucapan 2/3 dari seluruh konsonan. Menginjak usia 3-4 tahun, otot-otot lidahnya mulai matang, dan diharapkan anak sudah mulai bisa mengucapkan seluruh konsonan pada usia pra-sekolah. Tapi, sekali lagi, perkembangan tiap anak itu berbeda, kemungkinan di usia 4 tahun ada juga anak yang masih cadel mengucapkan huruf R.

Nah perbedaan kematangan ini bisa disebabkan faktor keturunan, nutrisi, dan juga asuhan.
Stimulasi perkembangan anak dengan terbiasa menggunakan kata yang benar, tidak dicadel-cadelkan. Misal bilang susu tetap susu, jangan dicadel-cadelkan menjadi cucu. Ketika memperkenalkan anak dengan nama binatang, kucing misalnya, katakan dengan kucing, jangan ucing. Meskipun misalnya anak tetap mengucap ucing (karena memang pengucapan konsonan masih berkembang seperti yang telah dijelaskan di atas), tidak apa-apa, tapi kita tetap meresponnya dengan kucing. Misalnya “Ma, ucing”, “Oh, adek liat kucing ya... wah kucingnya lucu ya.” Dengan demikian anak akan tau dan meniru pengucapan kucing dengan benar karena Bunda-nya juga mengucapkan kucing dengan benar. Banyak-banyak paparkan anak dengan kata-kata, insya Allah mereka juga akan cepat belajar meniru pengucapan tersebut.

Jika anak di usia 4-5 tahun menjadi cadel tiba-tiba gimana? Ada juga kasus yang seperti itu. Biasanya anak kembali mencadelkan dirinya untuk mendapatkan perhatian dari ayah-ibunya, atau misalnya ketika memiliki adik baru. Beri tahu anak dan koreksi anak selalu untuk mengucapkan kata dengan benar. Jangan marahi anak dan hadapi situasi sesulit apapun dengan tetap tenang dan penuh kasih sayang. Semoga bermanfaat.

5⃣Bismillah...
Bunda, sejak kpn y efektif mengajarkan bercerita dg buku kpd bayi sblm tidur.
Jawab: sebenernya bahkan saat bayi berusia 1 bulan, Bunda sudah bisa membacakan buku (buku bantal) kepada bayi, hehe. Membacakan buku kepada anak bisa dilakukan saat bayi berusia 4-6 bulan, karena pada saat itu bayi sudah mulai memberi perhatian terhadap intonasi suara.  Untuk bedtime stories, jika yang dimaksud efektif adalah anak akan tenang mendengarkan, hal itu dapat terjadi di usia sekitar menjelang 18 bulan-2 tahun, karena kemampuan kognitif dan perkembangan bahasa anak sudah lebih berkembang dengan baik . Di kisaran usia tersebut mereka sudah dapat mendengar suatu penjelasan mengenai suatu objek yang menariknya atau mendengarkan cerita pendek.

Follow us :
Instagram : @rumahmainanak
Fanpage Facebook : Rumah Main Anak
��  ��  ��   ��   ��   ��

Rabu, 08 Juli 2015

Resume buku Anak yang Bermain, Anak yang Cerdas

Pandangan kita tentang anak pada umumnya sangat mempengaruhi bagaimana kita bertindak dengan anak sehari-hari. Pandangan bahwa anak merupakan kertas kosong dipopulerkan oleh filsuf abad ke-17, John Locke.  Pandangan ini masih berpengaruh kuat dalam dunia pendidikan saat ini. sisi negatif dari pandangan ini ialah anak dianggap pasif dan hanya berada dalam posisi penerima. Alhasil, cara mendidik kita cenderung satu arah, dari orang dewasa yang ‘mahatahu’ ke anak yang masih ‘kosong’. Padahal, sejatinya anak memiliki kemampuan sendiri untuk mengeksplore segala hal, dan ini termasuk kemampuannya untuk belajar.
Kemampuan belajar pada anak usia dini berbentuk dalam kegiatan bermain. Bermain adalah pekerjaan anak. Melalui permainan, anak belajar banyak hal. Melalui permainan pula kita memiliki banyak kesempatan untuk mengajarkan berbagai yang kita inginkan kepada anak kita, misalnya: matematika, membaca, konsep bentuk, pengenalan warna, budi pekerti, hingga menulis. Contoh kegiatan bermain anak ini misalnya dua orang anak sedang menggambar denah rumah di sebuah white board sementara itu anak-anak yang lain membangun rumah tersebut sesuai denah dengan menggunakan balok kayu. Kegiatan ini bukanlah permainan yang tidak berarti. Ada banyak hal yang dapat dipelajari anak. Mereka mendapatkan kesempatan untuk mengenal berbagai konsep penting dalam dunia orang dewasa, seperti perencanaan, membuat denah, menerapkan denah dalam bentuk fisik, mampu menyelesaikan sebuah masalah, berlatih sabar menunggu giliran, berbagi dengan orang lain, serta membaca dan menulis.

Pada anak usia dini, anak-anak akan sangat peka terhadap penggunaan panca indra untuk memahami dunianya. Maka, pemberian materi akan lebih efektif jika dilakukan secara konkret. Anak akan lebih paham konsep besar-kecil, dengan memberikan dua buah benda yang sama namun berbeda ukurannya, misalnya.

Bagi anak usia dini, proses melakukan sesuatu lebih penting dan bermakna daripada hasil akhirnya. Saat membuat suatu karya bersama anak, terkadang kita fokus pada bagimana agar hasil akhirnya bisa semenarik ilustrasi yang diberika. Tanpa kita sadari, kita mengambil alih apa yang sehrausnya dikerjakan oleh anak. Hasil akhir yang baik memang memberikan kepuasan tertentu. Namun, fokus pada hasil akhir saja sebenarnya kita mempersempit peluang untuk melatih berbagai aspek perkembangan pada anak.
Ada dua hal penting yang perlu kita perhatikan dalam proses pembelajaran bersama anak. Pertama, memberikan pengalaman melalui observasi atau praktek langsung. Kedua, memberikan anak kesempatan untuk berdialogdengan diri sendiri maupun orang lain. Setelah diberikan kesempatan untuk melakukan observasi, anak perlu mengekspresikan apa yang dipikirkannya kepada orang tua ataupun guru, baik berupa komentar ataupun pertanyaan. Melalui dialog ini, informasi yang diterima anak semakin utuh dan tidak mudah untuk dilupakan.
Kegiatan yang dapat memperkaya pengalaman anak tidaklah harus selalu menggunakan mainan yang canggih dan mahal. Kita sebenarnya bisa menilai mainan seperti apa yang lebih menarik dan berkesan bagi anak. Sebagai contoh, Ryan (2 tahun) baru saja dibelikan sebuah robot oleh ibunya. Ia senang sekali dan langsung memainkan robotan yang menggunakan baterai tersebut. Namun, tak lama kemudian, robot tersebut tergeletak di sudut ruangan. Ia kemudian asyik bermain dengan menggunakan panci serta beberapa sendok yang ia temukan di dapur. Ia tampak lebih asyik memainkannya. Memasukkan sendok ke dalam panci, memukul-mukul panci dengan sendok tersebut, hingga kemudian sang ibu datang menghampirinya.
Permainan sederhana tersebut ternyata memberikan lebih banyak peluang kepada Rian untuk melakukan eksplorasi. Ia terkesan dengan bunyi saat sendok jatuh, saat panci-panci ditumpukkkan dan kemudian terjatuh, saat memukul-mukul panci dengan sendok, dst. Demikianlah eksplorasinya berlangsung dengan penuh konsentrasi. Sementara itu, apa yang dapat ia lakukan pada mainan robotannya selain hanya menggeser tombol on-off lalu melihatnya berjalan.
Anak usia dini memang cenderung lebih tertarik pada objek yang dapat ia ‘manipulasi’. Dengan cara demikian, anak belajar mengenai objek yang dipegangnya. Piaget mengemukakan bahwa anak usia dini belajar mengenai dunianya dengan cara yang konkret, maka itu ia perlu berinteraksi langsung dengan lingkungannya. Meskipun setiap anak memiliki dorongan alami untuk mencari pemahaman mengenai dunianya secara aktif, itu bukan berarti kita selaku orangtua menjadi diam saja. Justru sebaliknya, kita memegang peranan penting dalam menciptakan lingkungan yang kaya akan pembelajaran bagi anak, memperluas eksplorasi anak, dan memberikan banyak peluang kegiatan permainan untuk anak.
Pada dasarnya, anak ingin diberikan kesempatan melakukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya juga bisa. Ia punya dorongan alamiah untuk meniru apa yang dikerjakan orang ddewasa untuk belajar, menjadi mandiri, dan bertanggung jawab. Jika diberi kesempatan, kemandirian, kepercayaan diri, serta rasa tanggung jawab, maka ia akan semakin berkembang. Karakter positif tersbut, menurut sebuah penelitian, merupakan karakter yang dimiliki oleh orang-orang yang tangguh. Dan, sesungguhnya anak yang mandiri, percaya diri, dan bertanggung jawab akan lebih siap menghadapi berbagai tantangan di ekmudian hari. Oleh sebab itu, anak perlu juga diberikan stimulasi permainan yang berbentuk practical life skills, seperti menyapu, mengancing baju, mengikat tali sepatu, membersihkan piring, dan sebagainya.
Kegiatan bermain anak lainnya yang perlu diperhatikan ialah mengajak anak bermain di tempat terbuka, bermain air dan pasir, serta bermain peran. Dengan mengajak anak bermain di alam terbuka, anak akan mendapat banyak pengalaman mengenai lingkungannya, misalnya melihat semut berbaris, memperhatikan daun bergerak tertiup angin, menginjak ranting hingga patah, memperhatikan bayangan dirinya yang muncul, dan sebagainya. Sementara itu, air dan pasir merupakan media belajar yang sangat disukai anak. Kedua media ini memberikan banyakpeluang untuk meningkatkan berbagai kemampuan anak. Mulai dari kemampuan motorik halus anak, pemahaman mengenai sains, kreativitas, kemampuan memecahkan masalah, berpikir logis, kemampuan membaca, berhitung, menulis, hingga kemampuan bersosialisasi. Demikian pula proses kegiatan bermain peran, anak dapat mengembangkan imajinasinya. Melalui kegiatan bermain peran, anak belajar mengenal dunianya. Belajar mengenai berbagai peran yang dimainkan oleh orang dewasa di sekelilingnya. Bermain peran juga dapat memberi kesempatan kepada anak untuk menuangkan dan menanggulangi perasaannya. Misalnya, seorang anak seolah-olah membujuk bonekanya yang sedang sakit agar tidak takut disuntik oleh dokter. Dengan memainkan peran tersebut, ia sebenarnya sedang memproses ketakutannya sendiri.
Dalam proses pembelajarannya, anak akan mengenal kegiatan membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Kegiatan ini seringkali menjadi sorotan utama orangtua sebab kemampuan ini akan menjadi tolok ukur saat anak masuk SD. Hal ini seringkali menyebabkan orangtua men-drill anaknya dengan berlembar-lembar kertas kerja. Anak ‘dipaksa’ duduk diam untuk mengerjakan lembar kerja tersebut untuk memahami konsep calistung. Lembar kerja boleh saja diberikan pada anak, namun perlu diimbangi dengan kegiatan khas anak usia dini, yaitu bermain. Orang tua dapat memasukkan unsur calistung dalam kegiatan permainan anak. Misalnya, memberikan label angka pada gerbong kereta api yang dimiliki anak, lalu mengajak anak untuk sama-sama menghitungnya.
Membaca dan menulis merupakan dua kemampuan `yang berkembang secara beriringan dan berkaitan satu sama lainnya. Kemampuan ini  bisa berlangsung karena adanya usaha aktif dari anak sendiri serta stimulasi dari lingkungannya. Pada usia dua tahun, anak cenderung mencoret-coret apa saja yang ia temui, dari kertas, buku, hingga dinding. Janganlah  melarangnya, sebab kegiatan ini merupakan langkah pertama dari perkembangan kemampuan menulis pada anak. Dengan mencoret-coret, anak melatih kegiatan motorik halus, konsentrasi, serta koordinasi mata dan tangannya. Tahapan selanjutnya ialah coretan linier sebab anak telah lebih mampu mengendalikan alat tulisnya. Pada tahap ini, anak sudah mulai memahami arti tulisan bagi dirinya sendiri. Tahap selanjutnya ialah coretan linier berbentuk huruf. Coretan ini sudah mulai mendekati huruf maupun angka yang sebenarnya. Pada tahap ini, anak semakin memahamimanfaat tulisan bagi dirinya. Anak juga semakin siap untuk menerima instruksi formal sehubungan dengan belajar membaca dan menulis, sehingga kemampuannya akan berkembang pesat. Demikianlah tahapan yang dilalui anak dalam perkembangan kemampuan menulisnya.
Kesimpulan
Berdasarkan resume buku tersebut, saya menyimpulkan bahwa jangan pernah memisahkan anak dari dunianya, yaitu bermain! Dalam kegiatan permainannya, orangtua selaku lingkungan terdekatnya harus berperan aktif untuk memberikan berbagai stimulasi kegiatan bermain anak. Anak yang diberikan kesempatan dan peluang untuk mengeksplorasi serta diberikan berbagai stimulasi tentunya berbeda dengan anak yang jarang bahkan tidak pernah diberikan stimulasi. Contohnya, saat seorang anak melihat sebuah bola. Anak yang jarang atau tidak pernah mendapat stimulasi hanya berpikir untuk menendang bola tersebut. Berbeda dengan anak yang sering mendapat stimulasi. Ia akan berpikir, apakah bola itu harus ia tendang (bola tendang), ia pantulkan (bola bekel), ia gelindingkan (bowling), ia lempar (volly), atau ia masukkan ke dalam gawang (basket). Untuk itulah, orangtua perlu melakukan berbagai permainan ‘manipulasi’ dengan anak. Misalnya, menjejerkan beberapa botol menjadi berbetuk segitiga lalu mengajak anak untuk menggelindingkan bola (permainan bowling), dsb. Stimulasi-stimulasi yang diberikan lingkungan (orang tua/guru) kepada anak haruslah sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Sebab, anak-anak akan kehilangan minat belajar jika materi yang ia dapatkan terlalu mudah ataupun terlalu sulit. Dengan demikian, mengetahui tahapan perkembangan dan pertumbuhan anak merupakan hal wajib yang harus dipelajari orangtua. Selamat belajar dan bertumbuh, Ayah-Bunda!

Sumber resume: Dewey Chugani, M.Si,

Ir. Shoba. Anak yang Bermain, Anak yang Cerdas. 2009. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Disarikan oleh: Julia Sarah, S.Hum.

Cuplikan Kisah Seputar Pengasuhan Anak 52

Kiki Barkiah

Di pagi hari sebelum jam 8.....
Ali: "ummi i am done with my standard, can i have my one hour?"

Setiap pagi ada hadiah 1 jam bermain games multimedia atau menonton film non kurikulum homeschooling bagi anak-anak yang telah berhasil menyelesaikan seluruh tugas standar harian di hari sebelumnya. Diantaranya menyelesaikan sekolah, belajar islam, tilawah quran, menghafal quran, membantu orang tua serta mandi di hari mandi (terkait cuaca, rata-rata orang amerika tidak mandi setiap hari, kami membuat jadwal mandi 3 kali dalam setiap minggunya). Hadiah ini dapat diambil setelah menyelesaikan standar tugas pagi sebelum jam 8 pagi. Jika terlambat mempersiapkan standar pagi berarti durasi hadiah disesuaikan dengan waktu yang tersisa. Standar pagi adalah berseka, sarapan, gosok gigi, ganti baju, membereskan kasur. Ah.... ummi memang satpam gadjet yang cerewet, perjanjian bersama didalam keluarga memang dibuat agar semua orang melaksanakan rutinitasnya sehingga kelak menjadi sebuah gaya hidup keluarga.

Kala ada anak yang bermalas-masalan di pagi hari dan belum mau bergerak untuk sarapan, ummi mengangkutnya ke ruang keluarga lalu menyalakan film yang terkait dengan kurikulum belajar islam mereka. Sehingga walau bermalas-masalan dan masih mengantuk, anak-anak biasanya menjadi lebih segar setelah memutar 1 tayangan. Setelah selesai 1 tayangan, ummi memberhentikan sejenak, lalu meminta mereka menyelesaikan standar pagi. Sambil sarapan, biasanya ummi memanfaatkan waktu untuk berdiskusi dari tayangan yang disajikan pagi itu. Ah.... ummi memang satpam gadjet yang cerewet, ummi juga tidak suka melihat anak-anak menganggur tanpa aktifitas. Maka ummi lebih memilih menyalakan multimedia pembelajaran untuk membuat mata anak-anak segar di pagi hari dibanding marah-marah meminta anak-anak bergerak. Toh jika anak tidak juga bergerak, maka 1 jam hadiah itupun berlalu. "ummi i am done with my standard" kata anak-anak yang terlambat mempersiapkan standar pagi. "ok! masih ada waktu 15 menit setelah itu kita mulai sekolahnya"

Kala cuaca sangat dingin bada subuh, biasanya semua orang enggan keluar selimut. "ummi, can i have password, i want to watch Syeikh Yasir Qodhi" kata Ali. Ali mengerti jatah bermain multimedia baru bisa ia dapat setelah menyelesaikan standar pagi, maka jika belum mau menyelesaikannya, ia akan memilih membaca atau menonton salah satu sumber pelajaran yang harus ia pelajari hari itu.

"ummi can i have my one hour, today?"
"sorry, kemarin kamu belum selesai kan tugas sekolahnya" kata ummi pada anak yang tidak menyelesaikan standar hariannya. Ah... Ummi memang satpam gadjet yang cerewet. Jika anak-anak tidak menyelesaikan standar harian di hari kemarin, anak-anak akan kehilangan hadiah 1 jam bersama multimedia.

"ummi i am done hafalan, can i have my 15 minutes?" "yup!" lalu ummi pun membukakan password gadjet mereka. "ummi can i have my 15 minutes?" tanya anak yang sudah selesai menghafal. "mmmm... kalo capek mau istirahat boleh main dulu, tapi kalo mau dapat 15 menit games komputer nambah sampai ayat ini ya" kata ummi ketika hafalan harian masih tercapai sedikit. Ah....ummi memang satpam gadjet yang cerewet. Diluar 1 jam hadiah multimedia harian, jam multimedia baru didapat setelah hafalan anak-anak ada perkembangan atau setelah selesai murojaah gabungan ayat-ayat yang beberapa hari lalu dihafal. Dulu saat awal-awal menghafal hadiah 15 menit diberikan saat menyelesaikan 1 ayat quran, tapi setelah anak-anak begitu cepat dalam menghafal maka 15 menit baru bisa dicapai setelah beberapa baris hafalan baru tercapai. Suatu hari Shiddiq bertanya "ummi why we change our rules?, i have to hafalan more to get my 15 minutes" Ummi menjawab " karena kalian sekarang menghafal semakin cepat. Kalo 1 ayat 15 menit sementara 1 ayat kalian hafal hanya sebentar maka akan lebih banyak menonton daripada menghafal quran" lalu saya pun balik bertanya apakah mereka mengetahui alasan saya mengapa saya membatasi jam menonton serta memilihkan jenis tontonan yang dapat mereka lihat. Shiddiq dan Shafiyah pun menjawab, tanda mereka mengerti tentang mengapa peraturan ini harus diberlakukan dalam keluarga.

Pernah ada sebuah pengalaman yang membuat saya tertawa, saat mereka berkunjung untuk playdate ke rumah teman, teman mereka menawarkan untuk menonton film, lalu Shiddiq menjawab "we can't watch now, we did't hafalan yet" hahahaha....

"Ummi can i watch this one?" kata anak yang memilih menghabiskan 15 menitnya dengan menonton. "sorry, kayaknya yang ini gak usah deh, gak terlalu banyak manfaatnya, yang di channel ini, ini, ini semua boleh" jawab ummi. Ah....ummi memang satpam gadjet yang cerewet, tidak hanya jumlah waktu yang diatur tapi juga jenis games yang diijinkan di install atau judul film yang diijinkan untuk ditonton.

Saat ummi sibuk dan anak-anak diijinkan menonton multimedia pembelajaran. "ummi can we watch another?" tanya anak-anak. "Ya boleh setelah kalian presentasi isi film barusan" Jawab ummi. Ah... Ummi memang satpam gadjet yang cerewet, saat ummi sibuk di dapur dan anak-anak menonton, anak-anak harus berhenti setiap 1 film selesai untuk menjawab quiz atau mempresentasikan isi film, atau mendiskusikan, atau terkadang sesekali ummi menerangkan ulang dengan tambaan alat peraga. Setelah itu ummi pun kembali ke dapur dan anak-anak kembali menonton materi selanjutnya.

Saat berselancar di dunia maya untuk mengerjakan tugas, tiba-tiba keluar peringatan bahwa domain tersebut di blok. Ah... ummi memang satpam gadjet yang cerewet. Ummi tidak hanya memberi password semua gadjet di dalam rumah tapi juga memfilter semua situs yang dapat berbahaya bagi anak-anak.

Saat malam hari pukul 9.00, semua aplikasi dalam handphone anak-anak menghilang dan baru akan menyala bada subuh. Ah.. ummi memang satpam gadjet yang cerewet, bahkan semua device yang digunakan anak-anak memiliki jam kerja tersendiri dan akan mati secara otomatis pada jam yang ditentukan.

Ah...ummi memang satpam gadjet yang cerewet. saat ummi sibuk dan tidak bisa mendampingi anak-anak berselancar di youtube, ummi hanya memberikan akses youtube kids dengan durasi waktu yang sudah ditentukan, aplikasi tersebut secara otomatis akan berhenti saat jadwalnya habis dan dapat dibuka kembali setelah ummi membukanya.

Ah..... ummi memang satpam gadjet yang cerewet. Setiap pagi ummi akan mengabsen anak-anak yang sedang bermain indoor apakah anak-anak sudah memegang device masing-masing untuk menghafal quran. Ummi pun membuatkan group-group ayat yang akan diputar selama masa menghafal berlangsung. Semua anak menghafal sambil bermain dan sesekali ummi memanggil untuk duduk disampinya dan mentalaqi ayat yang sedang dihafal. Sesekali ditengah anak-anak menghafal, ummi memberikan worksheet-worksheet tugas untuk pelajaran umum di homeschooling anak-anak.

Ah.....ummi memang satpam gadjet yang cerewet. Saat anak-anak sudah terlihat bosan dengan kegiatan indoor yang tenang sambil menghafal quran, saat mereka sudah berari-lari dan ingin bermain bebas tanpa memegang device masing-masing, ummi pun akan memutar juz al quran yang sedang dihafal untuk murojaah anak-anak, lalu diputar dalam speaker keras yang terdengar meskipun anak-anak bermain di backyard.

Ah... ummi memang satpam gadjet yang cerewet, saat terdengar suara hening dirumah sementara ummi terlanjur sibuk mencuci piring dan lupa menyalakan quran untuk murojaah anak-anak, maka ummi pun akan berperan sebagai murottal bagi anak-anak dengan lisannya.

Saat anak-anak sedang keasyikan berlama-lama di depan komputer meski untuk urusan belajar, ummi berkata "sudah dulu nak belajarnya, istirahat dulu matanya, ayo keluar main, olahraga!" Ah... ummi memang satpam gajet yang cerewet, bahkan untuk urusan belajar, mendesain atau ekplorasi pun anak-anak tidak boleh terlalu lama-lama didepan layar multimedia.

Ah.... ummi memang satpam gadjet yang cerewet, saat perjalanan dalam mobil, ummi akan meminta setiap anak memutarkan group ayat yang sedang dihafalnya dalam gadjet mereka masing-masing. Kadang ummi menyalakan kajian sirah atau storytime agar perjalanan tidak terbuang percuma. Bahkan terkadang ummi meminta anak-anak mematikan semua gadjet jika ada nasihat yang ingin ummi ceritakan sepanjang perjalanan. Ah... Ummi memang satpam gadjet yang cerewet, ummi tidak pernah rela membiarkan waktu terbuang untuk sekedar melamun saja.

Memang dulu ummi tidak memberikan semua anak gadjet, hanya mp3 player yang diisi 6000 sekian ayat al-quran. Kadang ummi memutarkan satu surat yang dihafal secara full, kadang dipenggal dalam group ayat. Tapi mengelompokan ayat yang dihafal dalam bentuk playlist cukup memakan waktu. Alhamdulillah kebetulan ummi mendapat rezeki handphone-handphone bekas tanpa nomer dari orang-orang amerika yang sudah menyelesaikan 2 tahun berlangganan nomer. Handphonenya masih sangat baik tetapi nomernya tidak aktif. Maka handphone inilah yang mereka gunakan untuk menghafal quran dengan aplikasi quran yang memungkinkan anak-anak memilih ayat yang sedang dihafal, mengulang-ngulang hingga bilangan yang tak terbatas sampai mereka hafal dan siap menyetorkan hafalannya kepada ummi. Handphone ini juga yang anak-anak gunakan untuk membaca ebook sebagai tugas pelajaran reading setiap hari dalam homeschooling mereka melalui aplikasi seperti epic dan amazon kindle. Ya, keluarga kami memang tidak bisa terpisahkan dari gadjet untuk kepentingan belajar. Tapi keluarga kami memiliki satpam gadjet yang cerewet.

Memproteksi gadjet dengan memfilter situs yang bisa di akses, membuat password pengaman dalam setiap gadjet, mengatur jam akses aplikasi di handphone anak-anak, memasang stop watch saat anak-anak menggunakan multimedia, hanyalah salah satu cara ikhtiar saja dalam mengatur penggunaan gadjet dalam keluarga. Jauh yang lebih penting dari itu, anak-anak harus mengerti mengapa kami memilih kehidupan dengan cara seperti ini. Jauh yang lebih penting dari itu, adalah bagaimana anak-anak bersedia patuh terhadap aturan main bersama serta perintah dari orang tuanya. Ada kalanya syeitan menggoda anak-anak, saat tengah asyik bermultimedia, sementara ummi berbicara tidak didengar oleh mereka. Maka ummi pun berdoa dengan keras kepada Allah dihadapan mereka. "Ya Allah jadikanlah lisan kami lisan yang benar dan mengajak kepada kebenaran, lisan yang kalimatnya didengar dan dipatuhi anak-anak" dug...dug.dug lalu anak-anak berhamburan bergerak mengerjakan tugas yang diminta.

Ya.... Ummi memang satpam gadjet yang cerewet. Ummi pun hanya mengijinkan jenis games yang bersifat merancang atau mendesain pada jam multimedia yang bersifat hadiah. Ummi pun hanya mengijinkan film-film yang bernuansa islami, memiliki nilai moral atau menambah wawasan pengetahuan pada jam multimedia yang bersifat hadiah. Ummi menginvestasikan hartanya untuk membayar chanel-chanel dan akses ebook pengetahuan yang bisa digunakan pada jam bersantai keluarga.

Suatu hari anak-anak mendapat hadiah akses games beserta karakter monster dari bazar reward PTA sunday school. Mereka pun bersemangat ingin mengecek jenis permainan apa gerangan. Setelah bapak mempelajarinya bapak berkata "perang-perangan mi!" Lalu ummi berkata pada anak-anak "maaf ya nak ummi gak bisa ijinkan kita buang saja hadiah ini" Alhamdulillah anak-anak mengerti mereka tidak marah ataupun bersedih "it is oke" kata mereka. "Nak..... Maaf ya nak keluarga kita memang berbeda tidak semua yang diijinkan keluarga lain diijinkan dirumah ini. Hadiah ini dari seorang muslim. Hadiah ini tidak haram tapi ini sia-sia. Kalian tau kenapa mereka membeli games seperti itu tapi kita tidak? Karena tidak semua keluarga muslim bercita-cita seperti kita menjadikan anak-anak mereka alim ulama dan orang yang ahli di bidangnya"

Anak-anakku.... Kita harus memilih. Ummi ingin kalian menjadi ahli ilmu dan ahli berkarya di bidangnya, maka saat ini ummi harus berperan menjadi satpam gadjet yang cerewet.

San Jose, California
Dari satpam gadjet yang cerewet
Kiki Barkiah

Perkembangan Bahasa Bayi Usia 0-2tahun

Kuliah WhatsApp Grup Rumah Main Anak
��������������������

Hari, tanggal : Selasa, 7 Juli 2015
Judul Materi : Perkembangan Bahasa  Bayi Usia 0-2tahun
Nama pemateri : Puti Ayu Setiani, S.Psi
Di resume oleh : Shona Vitrilia

������������������
Perkembangan Bahasa Bayi
〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Tiga tahun pertama kehidupan saat dimana otak sedang berkembang dan mematang merupakan periode yang  intensif dalam perkembangan kemampuan bicara dan bahasa bayi. Ketrampilan ini akan berkembang baik melalui suara, hal yang dilihat, paparan yang konsisten yang didapatkan dari pembicaraan dan bahasa orang di sekitar bayi.

Tanda-tanda bayi berkomunikasi terjadi ketika bayi belajar bahwa menangis akan membawa makanan, kenyamanan, dan perhatian. Bayi yang baru lahir juga mulai mengenali suara penting dari lingkungannya, seperti suara ibu atau pengasuh utama. Umumnya pada usia 6 bulan, bayi mulai mengenali suara dasar bahasa utama mereka.

Berikut merupakan capaian perkembangan bahasa bayi:
��0-3 bulan
Bereaksi terhadap suara keras
Merasa tenang atau tersenyum ketika ada yang mengajaknya berbicara
Mengenali suara pengasuh utama dan menjadi tenang saat mendengarnya (ketika menangis)
Ketika diberi makan (ASI) mulai atau berhenti menghisap untuk merespon suara
Mengoceh seperti “aah”, “uuh” (cooing) dan membuat suara yang menyenangkan
Memiliki tangisan-tangisan khusus untuk kebutuhan yang berbeda (biasanya tangisan ketika lapar, mengantuk akan berbeda caranya)
Tersenyum ketika melihat bunda atau pengasuh utama

��4-6 bulan
Mengikuti suara melalui mata mereka
Berespon bergantung intonasi suara Bunda atau pengasuh utama
Menyadari bahwa mainan dapat menimbulkan bunyi
Memberi perhatian pada suara-suara berirama atau musik
Mulai babling (papapa, bababa, mamama)
Tertawa
Melakukan babling ketika gembira atau tidak senang
Mengoceh ketika sendiri atau sedang bermain bersama orang lain

��7 bulan -1 tahun
Senang saat bermain cilukba
Menoleh dan melihat asal suara
Menoleh ke asal suara ketika dipanggil namanya
Mulai menyadari nama pengasuhnya dan akan bereaksi ketika nama pengasuhnya disebut
Mulai dapat mengungkapkan persetujuan atau ketidaksetujuan dengan mengangguk atau menggelengkan kepala
Mendengarkan ketika diajak berbicara
Tersenyum dan menangis untuk mengekspresikan perasaan mereka
Memahami kata-kata umum seperti, botol, sepatu, minum
Memberikan perhatian untuk perintah sederhana seperti “No”, atau “Kasih ke Bunda”.
Memahami kata “tidak” namun tidak akan selalu mematuhinya
Babling dengan menggunakan rangkaian suara seperti “tata, bibibi, upup”
Babling untuk mendapatkan perhatian
Meniru beberapa suara
Dapat mengucapkan satu atau dua suku kata di ulang tahun pertamanya (misal, mama, hi, dsb).
Berteriak untuk mendapatkan perhatian

��1-2 tahun
Mengetahui beberapa bagian tubuh dan dapat menunjuknya ketika ditanya
Mengikuti perintah sederhana (misal: "lempar bolanya") dan memahami pertanyaan sederhana ("dimana sepatu adek?")
Menikmati ketika mendengarkan cerita pendek dan sederhana, lagu, atau alunan irama
Menunjuk gambar, ketika disebutkan, yang ada di dalam buku
Mampu bertanya beberapa pertanyaan mengenai orang atau sesuatu (misal, cicak mana? Pergi?)
Menggunakan dua kata bersama (misal “mau lagi”)
Menggunakan berbagai macam konsonan di permulaan kata

❤Beberapa hal yang dapat dilakukan
��Mengajarkan bergiliran berbicara yang merupakan aturan sosiolinguistik pertama. Contohnya ketika Bunda mengatakan “Siapa yang pintar?”, Bayi akan berespon dengan suara, lalu Bunda bisa meresponnya dengan mengatakan “Iya, anak Bunda ya pintar”.
��Dengarkan Bayi, jangan menyela bayi ketika sedang asyik mengoceh, tunggu sampai ia berhenti.
��Matikan televisi atau perangkat suara lain ketika sedang belajar berkomunikasi dengan bayi Anda.
��Bacakan buku cerita sederhana ketika tidur. Selain sebagai sarana untuk mengajarkan kata-kata baru, menunjukkan hubungan kata dengan gambar, hal ini juga dapat meningkatkan kelekatan antara anak dengan Bunda.

Karena saya salah mengingat jadwal materi apa yang harus diberikan (yang saya siapkan sebelumnya malah mengenai perkembangan sosial-emosional, ��), semoga yang singkat dan sedikit ini dapat memberikan manfaat bagi Bunda semua. Mohon maaf atas segala kekurangan ��. Semoga bermanfaat ��

Sumber:
www.nidcd.nih.gov

-- Tanya-Jawab --

1⃣Umi Rahmawati, Metro, Lampung. Dzaky Usia 2y4m, sy. Ada beberapa hal yg menganjal Terkait dg Dzaky.  1. Dzaky masih Nenen Sampai Hari ini, Walau Cuma malam saja, pagi - sore dia off, tp utk Malem di minta Nenen lagi, sy berusaha utk wwl tp utk Yg malam berat rasanya, Dzaky jd nangis rewel dsb. Itu Yg membuat sy jd tdk Tega dn Dzaky ttp masih Nenen. 2. Dzaky masih blm bs bab di kamar mandi, dia lebih memilih berdiri Menepi di Tempat Yg dia mau. Sy Sdh menyampaikan jk bab di kamar mandi, Sdh sounding jg tp blm berhasil. 3. Dzaky akhir² ini Suka mukul, Melempar batu dll, sy Sdh berusaha mengehentikan tp dia tdk mau Berhenti Sehingga terpaksa sy sampaikan, bunda Marah. Dia tahu dan paham kalau bunda Marah, Sehingga dia Akan menangis dn minta Maaf ke sy, salahkah/benarkah tindakan saya bun?

Jawab: Bunda Umi, Dzaky sebenarnya sudah melalui satu tahap penyapihan, yaitu sudah off menyusui ketika siang. Nah, sekarang tinggal saat malam hari saja ya berarti. Terdapat beberapa hal yang mungkin Bunda dapat lakukan, yaitu: Bunda mungkin bisa mengalihkannya dengan menawarkan makanan atau minuman pengganti ketika anak meminta ASI; Mengajak bicara anak dengan bahasa yang sederhana, misal “karena adek sudah besar, nenennya jadi di gelas aja ya, tidak sama Bunda.”; Saat proses penyapihan selalu tunjukkan bahwa bukan berarti Bunda tidak menyayanginya lagi, dekap anak, peluk dan cium dirinya; mantapkan hati bunda jika memang sudah berniat untuk menyapih. Ketika Bunda ‘kalah’ oleh rengekan anak, anak menyadari bahwa Bunda sendiri ragu sehingga ia tidak akan rela untuk disapih. Saya tahu itu berat, tapi kuncinya memang konsisten Bun ; Libatkan ayah dalam hal ini, ayah dapat menghibur atau mengalihkan perhatian anak ketika anak rewel meminta nenen; terakhir, Bunda mungkin bisa juga mengalihkan perhatian anak dengan membacakan cerita sebelum tidur sebagai pengganti untuk menyusu.

Untuk pertanyaan no.2, toilet training memang menjadi salah satu tantangan besar pembelajaran di usia dini ya Bun, hehe. Beberapa hal yang bisa Bunda lakukan untuk hal ini, diantaranya: ketika Bunda mengetahui jadwal BAB anak, Bunda bisa menciptakan rutinitas atau menanyakan apakah anak mau BAB atau tidak; Jelaskan kepada anak mengapa BAK harus di toilet. Bunda dapat menggunakan contoh-contoh atau buku cerita untuk menerangkan hal ini; Ajari anak dan beri contoh bagaimana cara menggunakan toilet untuk BAB; Jika perlu, gunakan alat bantu seperti pispot atau toilet seat yang memang diperuntukkan untuk anak; Sosialisasikan rencana toilet training anak kepada seluruh anggota keluarga agar anggota keluarga menerapkan hal yang sama; Jika anak memang terlanjur BAB tidak di kamar mandi, segera angkat ke kamar mandi dan ingatkan bahwa seharusnya BAB itu di kamar mandi; pujilah anak jika berhasil melakukan BAB di kamar mandi. Toilet training ini bukan hanya sekedar kesiapan anak menjalaninya, namun merupakan suatu kerja sama antara Bunda dengan anak, jadi dibutuhkan banyak kesabaran dan usaha agar proses tersebut dapat terjalin dengan menyenangkan.

Untuk pertanyaan no.3, kira-kira menurut Bunda keadaan apa yang membuat Dzaky memukul, melempar batu, dsb? Apakah zaat dzaky lapar, capek, atau saat butuh perhatian? Mengajarkan do and don’t kepada anak memang sangat butuh kesabaran. Bunda bisa mulai mengajarkan Dzaky mengapa perilaku tersebut baik atau tidak boleh dilakukan di saat-saat tenang. Misal ketika Dzaky sedang bermain, Bunda bisa mengajaknya berbicara melalui pretend play, “Kalo dipukul tuh sakit ga ya? Oh sakit ya, makannya dipukul itu tidak enak ya, jadi kita tidak boleh memukul orang”; “Kalo disayang itu Dzaky senang tidak? Senang ya? Nah, makannya kalo sama Bunda, sama ayah, sama teman-teman, Dzaky juga harus sayang karena bisa membuat orang lain senang”. Bunda juga bisa mengajarkan nilai-nilai tersebut lewat buku cerita atau dongeng. Ajarkan anak ketika ia siap menerima pengajaran tersebut, di saat Anak dan Bunda dalam suasana tenang dan menyenangkan. Dengan suasana itu, anak akan lebih cepat menyerap apa yang Bunda ajarkan kepadanya. Dan selalu berikan alasan yang jelas mengapa suatu perilaku boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan agar anak mampu berpikir dan belajar sehingga menerima hal tersebut dengan lapang. Semoga menjawab.

2⃣Anak saya cowok usia 1,5 tahun.dia udah bisa jalan usia 9 bulanan. Namun sampai sekarang masih belum bisa ngomong.palingan ya "ah, eh, uh.." kalo berkomunikasi sambil nunjuk2. Paling banter bilang "itu".
Anak saya udah bisa n paham kalo diajak ngobrol. Kalo dimintai tolong atau 'perintah' gitu dia ngerti n dilakuin. Kalo dia minta sesuatu ya pake bahasanya dia aja.hehe..
Apakah anak saya masih wajar ato udah termasuk lambat bicara? n gimana caranya agar bisa cepet terstimulasi untuk bicara?
Kadang saya minta dia merhatiin bibir saya agar niruin ngucapin satu kata, yg ada malah dia ketawa2. ��
Makasih sebelumnya.
Santy, Medan

Jawab: Bunda Santy, merujuk pada tingkatan perkembangan bahasa, di usia 1,5 – 2 tahun anak memang biasanya sudah mampu berkata “mama”, “papa”, dsb. Di masa ini merupakann masa peka anak untuk diajarkan berbagai macam kosa kata. Untuk menstimulusnya, Bunda bisa kembali menanyakan keinginannya ketika anak menunjuk atau memperlihatkan bahasa tubuh ketika menginginkan sesuatu. Misalnya ketika anak mau minum dan menunjuk-nunjuk gelas, Bunda dapat menanyakan ke anak “Oh, adek mau minum ya?”, dengan begitu anak jadi tahu apa yang mesti disebutkannya ketika ia ingin minum. Bunda juga dapat menstimulusnya dengan bernyanyi, mengobrol, membacakan buku cerita, atau membacakan cerita dengan menunjukkan berbagai gambar yang ada di sana dan aktivitas yang dilakukan (improvisasi, hehe). Jangan takut juga untuk menjelaskan sesuatu secara detail ya Bun, misalnya “Iya, itu bus. Busnya besar dan berwarna merah”, karena anak-anak Anda adalah anak yang cerdas. Insya Allah jika distimulus dan dilatih terus, saat menginjak usia 2 tahun anak sudah memiliki banyak perbendaharaan kata.

3⃣Aslm. Mau nanya nih mba.
Nn

Wajarkah ketika bubling yg biasanya diucapkan anak hilang kmudian muncul kembali ketika diransang. Misal: anak sy sudh bs bilang 'baba' 'mama' atau camouran dr kosakata itu, tp ada masanya tb2 dia gk bubling dan hanya berteriak 'eh' untuk berkomunikasi (memanggil, menunjuk, dll)

Awatif, depok

Jawab: Usia ananda berapa Bun? Karena di usia 9-12 bulan anak memang sudah mulai berteriak untuk mendapatkan perhatian dari Bunda. Ketika ia menginginkan sesuatu atau menunjuk sesuatu, dengan berteriak, ia ingin Bunda memberi perhatian kepadanya agar keinginannya dapat terpenuhi. Babling ini nantinya juga akan berkembang sampai anak mampu mengucapkan satu kata. Jadi, wajar aja ko, Bun ��

Nah, jika anak berteriak menginginkan sesuatu, Bunda bisa menanyakan kepada anak atau menjelaskan ulang permintaannya, "Oh adek mau mobilan ini ya?", jadi anak juga akan belajar mengasosiasikan kalo benda tersebut punya nama.

4⃣Assalamualaikum mba Puti,  sy mau tanya dan share ttg pengalaman anak sy Zahra wkt usianya 3 bulanan mau menginjak 4bln, ada kebiasaan yg unik menurut sy.. Kalau mau minta nenen sll keluar kata "ndring" bahkan kl sdh gak sabar mau nen "ndrriiing" jelas sekali pengucapan huruf "R"nya.. Tp semakin besar pengucapannya R nya malah tdk jelas dan hilang sejak umur 12bln hingga skrg usianya 28bln kl mengucapkan kata yg ada R nya misal: ndring, tidur >> dy blgnya "ndin, tidul"
Pertanyaan sy, normalkah perkembangan bahasanya? Lalu bgmn menstimulasinya agar bs mengucapkan lafadz "R" ? Usia berapa sbnrnya anak bs ngelafadz kan bunyi huruf2 dg benar? Terima kasiiih ya mba sebelumnya kyknya panjang skali ini nanya nya ����

Jawab: ‘Alaikumussalam Bunda. Gak ko, pertanyaannya gak panjang. Yang terjadi saat Zahra berusia 3-4 bulan, Zahra sudah belajar mengasosiasikan ocehan “Ndriiing” dengan mendapatkan ASI. Kata “ndriiing” di sini kan kata yang tidak bermakna dan semakin ke sini Zahra belajar bahwa Ndriing bukan sebuah kata dan Zahra sudah mendengar berbagai macam kata yang bermakna.
Dalam mengajari huruf R diperlukan manipulasi yang cukup kompleks antara lidah, langit-langit, dan bibir. Pada usia sekitar  2-3 tahunlah anak baru mengusai pengucapan 2/3 dari seluruh konsonan. Menginjak usia 3-4 tahun, otot-otot lidahnya mulai matang, dan diharapkan anak sudah mulai bisa mengucapkan seluruh konsonan pada usia pra-sekolah. Tapi, sekali lagi, perkembangan tiap anak itu berbeda, kemungkinan di usia 4 tahun ada juga anak yang masih cadel mengucapkan huruf R.

Nah perbedaan kematangan ini bisa disebabkan faktor keturunan, nutrisi, dan juga asuhan.
Stimulasi perkembangan anak dengan terbiasa menggunakan kata yang benar, tidak dicadel-cadelkan. Misal bilang susu tetap susu, jangan dicadel-cadelkan menjadi cucu. Ketika memperkenalkan anak dengan nama binatang, kucing misalnya, katakan dengan kucing, jangan ucing. Meskipun misalnya anak tetap mengucap ucing (karena memang pengucapan konsonan masih berkembang seperti yang telah dijelaskan di atas), tidak apa-apa, tapi kita tetap meresponnya dengan kucing. Misalnya “Ma, ucing”, “Oh, adek liat kucing ya... wah kucingnya lucu ya.” Dengan demikian anak akan tau dan meniru pengucapan kucing dengan benar karena Bunda-nya juga mengucapkan kucing dengan benar. Banyak-banyak paparkan anak dengan kata-kata, insya Allah mereka juga akan cepat belajar meniru pengucapan tersebut.

Jika anak di usia 4-5 tahun menjadi cadel tiba-tiba gimana? Ada juga kasus yang seperti itu. Biasanya anak kembali mencadelkan dirinya untuk mendapatkan perhatian dari ayah-ibunya, atau misalnya ketika memiliki adik baru. Beri tahu anak dan koreksi anak selalu untuk mengucapkan kata dengan benar. Jangan marahi anak dan hadapi situasi sesulit apapun dengan tetap tenang dan penuh kasih sayang. Semoga bermanfaat.

5⃣Bismillah...
Bunda, sejak kpn y efektif mengajarkan bercerita dg buku kpd bayi sblm tidur.
Jawab: sebenernya bahkan saat bayi berusia 1 bulan, Bunda sudah bisa membacakan buku (buku bantal) kepada bayi, hehe. Membacakan buku kepada anak bisa dilakukan saat bayi berusia 4-6 bulan, karena pada saat itu bayi sudah mulai memberi perhatian terhadap intonasi suara.  Untuk bedtime stories, jika yang dimaksud efektif adalah anak akan tenang mendengarkan, hal itu dapat terjadi di usia sekitar menjelang 18 bulan-2 tahun, karena kemampuan kognitif dan perkembangan bahasa anak sudah lebih berkembang dengan baik . Di kisaran usia tersebut mereka sudah dapat mendengar suatu penjelasan mengenai suatu objek yang menariknya atau mendengarkan cerita pendek.

Follow us :
Instagram : @rumahmainanak
Fanpage Facebook : Rumah Main Anak
��  ��  ��   ��   ��   ��