Selasa, 19 Mei 2015

Persiapan batin untuk proses persalinan

Proses persalinan merupakan pengalaman mental yang luar biasa dan tidak
mungkin dilupakan atau terlupakan. Ini
terbukti ketika Anda coba bertanya
kepada ibu Anda bahkan Nenek Anda
tentang sejarah atau kisah persalinan
mereka. Mereka akan dengan detail
mampu menceritakan dan
menggambarkan tentang pengalaman
melahirkannya. Apalagi ketika mereka
mengalami trauma atau mengalami
sesuatu yang sangat berkesan baik
dalam konteks positif maupun negatif.
Sehingg seringkali saat Anda bertanya
tentang kisah persalinan mereka justru
Anda akan mendapatkan wejangan-
wejangan khusus dari mereka berkaitan
dengan proses tersebut.
Untuk itulah maka sangat penting bagi
anda untuk mempersiapkan mental dan
spiritual untuk menghadapi proses
persalinan nanti. Ada beberapa sikap
dasar yang harus Anda miliki sebagai
calon ibu.
1. Pikiran Awal/pemula (Beginner’s
Mind)
Dari semua aspek dalam proses
persalinan yang terjadi pada setiap
orang, pengalaman persalinan Anda
adalah milik Anda sendiri yang mana
pengalaman persalinan Anda tentu saja
berbeda dengan pengalaman persalinan
ibu yang lain. Bahkan pengalaman
persalinan Anda yang pertama tidak
akan sama dengan pengalaman
persalinan Anda yang kedua atau
seterusnya. Dan pengalaman persalinan
tersebut bisa saja berbeda dengan apa
yang Anda baca, Anda lihat di TV
maupun video. Persalinan Anda adalah
unik. Jadi pemikiran inilah yang harus
mengawali dan menjadi dasar dalam
pikiran dan hati Anda. Sehingga jangan
sampai anda mengandalkan rumus
“KATANYA”, yaitu katanya si A
begini......, lalu katanya si B begitu....
dan seterusnya. Ingat Anda harus
mengingat bahwa persalinan setiap
manusia itu berbeda karena manusia itu
unik.
Pikiran Awal/pemula (Beginner’s Mind)
hampir sama dengan pikiran tidak tahu
atau “don’t know mind”. Kita tahu
bahwa selama proses kehamilan
terkadang kita menemui beberapa
kejadian yang tidak di harapkan.
Contohnya ketika Anda melakukan test
laboratorium ditemukan bahwa Anda
menderita anemia atau sesuatu yang
lebih serius misalnya mengidap virus CMV
(Cytomegalovirus). Atau mungkin tiba-
tiba di umur kehamilan 32 minggu posisi
janin Anda menjadi sungsang, dimana
hal ini memungkinkan sebuah jawaban
yang tidak diharapkan ketika muncul
pertanyaan bagaimana cara bayi Anda
dilahirkan nanti. Seringkali kejutan demi
kejutan terjadi pada saat proses
persalinan dan kejutan tersebut
terkadang tidak dapat Anda hindari,
contohnya jika tiba-tiba selaput ketuban
Anda pecah dan Anda mengalami
Ketuban Pecah Dini, atau kejutan yang
Anda alami saat tiba-tiba Anda merasa
ingin mengejan padahal belum
pembukaan lengkap
Pikiran awal atau beginner mind
membuat kita lebih siap menghadapi
segala kemungkinan yang bisa saja
terjadi dalam persalinan nanti, dimana
dalam pikiran ini kita dapat menyadari
harapan dan harapan kita akan proses
persalinan tanpa harus terpaku kaku
dengan harapan-harapan tersebut,
apalagi terobsesi. Dalam arti bahwa
ketika Anda sudah mempersiapkan
segalanya dengan sebaik-baiknya maka
saat persalinan adalah waktunya untuk
pasrah, ikhlas dan tenang.
2. Tidak menghakimi (Non-Judging)
“Pasti bakalan terasa sakit sekali!”
“Sepertinya aku tidak bakalan kuat
menahan rasa sakit yang katanya orang
benar-benar luarbiasa!”
“Aku terlalu gemuk, pasti aku kesulitan
saat melahirkan nanti”
Apa yang kita pikirkan seringkali
merupakan reaksi dari pengalaman hidup
kita yang lalu. Kita bisa saja dengan
mudah dan cepat menghakimi atau
menilai sesuatu apakah itu sebagai hal
yang baik atau buruk ketika kita
menemukan bahwa itu menyenangkan
atau menyakitkan. Dan beberapa kalimat
di atas adalah kalimat-kalimat penilaian
dan penghakiman terhadap diri sendiri
yang seringkali ada di dalam pikiran dan
hari Anda.
Ketika pemikiran tentang penghakiman
atau penilaian tersebut terus ada dalam
hati dan pikiran Anda, maka hal ini akan
sangat berdampak hingga proses post
partum (paska melahirkan) nanti, dimana
ini justru membuat Anda berpotensial
menderita depresi post partum. Karena
dengan adanya pemikian tersebut bisa
saja Anda selalu menyalahkan diri Anda
atas beberapa kejadian yang mungkin
saja tidak mengenakkan dan
menyakitnyan yang Anda alami.
Bunda Fathya adalah seorang ibu yang
mempunyai masalah berat badan
berlebihan sejak sebelum dia hamil.
Ketika dia melakukan pemeriksaan
kehamilan di Bidan Kita, sejak awal dia
sangat khawatir dengan kondisinya
karena menyadari bahwa badannya
besar dia menilai bahwa dia tidak
bakalan bisa melahirkan secara normal
alami, karena tubuhnya yang besar
tersebut bisa saja membuat kesulitan
demi kesulitan terjadi saat proses
persalinan. Saat itu saya sangat maklum
dengan apa yang dirasakan bunda
Fathya. Karena memang berat badannya
hampir mencapai 95 kg di usia kehamilan
20 minggu. Namun saat itu bunda Fathya
saya ajak untuk mengikuti kelas
persiapan persalinan dengan program
balance gentle birth di klinik Bidan Kita.
Selain belajar untuk lebih tenang dan
optimis, bunda Fathya juga saya
motivasi untuk rajin melakukan prenatal
yoga. Sehingga tulang belakang dan
kakinya kuat serta pinggulnya lebih
lebar. Ketika berada di kelas prenatal
yoga untuk pertama kalinya, memang
bunda Fathya lumayan minder karena
tubuhnya yang paling besar diantara ibu
yang lain dan gerakannya paling kaku
dan sulit di banding ibu yang lain.
Namun saat itu semua ibu-ibu dan saya
menyemangati bunda Fathya sehingga
muncul dalam pikirannya bahwa dia lebih
percaya diri, dan menganggap bahwa
kondisi tubuhnya ini adalah sebuah
kesempatan dan peluang serta
tantangan untuk berlatih lagi dan lagi.
Hingga akhirnya bunda Fathya bisa
melahirkan dengan normal dan lancar
padahal berat badan bayinya cukup
besar.
Nah untuk itu, ketika Anda hamil, jangan
pernah menghakimi diri sendiri dan
seolah-olah memberikan sugesti negatif
kepada diri sendiri dengan menilai dan
menghakimi.
3. Sabar (Patience)
Sabar adalah modal utama dalam proses
kehamilan dan dan persalinan. Dan
melalui proses ini jugalah saya belajar
banyak tentang arti kesabaran.
Sabar adalah ketika Anda harus
menunggu tanda-tanda persalinan
datang padahal hari perkiraan lahir
sudah terlewati dan semua orang sudah
menayakan kepada Anda tentang kapan
Anda melahirkan.
Sabar adalah ketika Anda harus
menunggu selama 40 minggu bahkan
lebih untuk bertemu dengan buah hati
Anda
Sabar adalah ketika pembukaan berjalan
begitu lambat dan terasa tidak nyaman
Sabar adalah ketika Anda merasakan
kontraksi demi kontraksi yang tak
kunjung usai.
Ya sabar, sabar dan sabar adalah hal
pokok yang harus dimiliki seorang calon
ibu, calon bapak juga oleh bidan maupun
dokter. Saya seringkali menggambarkan
bahwa sabar adalah ketika saya harus
mengawasi, mengobservasi dan
menunggu. Dimana saya harus bersabar
untuk tidak melakukan intervensi yang
tidak perlu ketika pembukaan klien tidak
sesuai dengan teori yang ada. Dimana
saya harus bersabar untuk tidak
memberikan induksi ketika hari perkiraan
lahir sudah terlampaui.
Dan saya selalu mengatakan kepada
klien saya bahwa sabar adalah pelajaran
yang di dapat dalam proses persalinan,
karena jika Anda tidak sabar,
bagaimana dengan pola pengasuhan
kelak, karena ketika Anda sudah
memasuki fase pengasuhan anak, sabar
adalah modal utama untuk menjadi
orangtua yang baik.
Kesabaran memang sederhana tetapi
tidak mudah. di budaya Jawa, nenek
kami selalu mengatakan bahwa “kabeh
bayi bakalan metu nek uwis sangate”
artinya adalah bayi akan lahir ketika
sudah tiba saatnya. Saatnya siapa? Ya
saatnya dia sudah diap untuk di lahirkan
dan Tuhan sudah menghendaki bayi itu
untuk dilahirkan. Bukan kehendak
manusia tetapi kehendak Sang Kuasa.
bagi saya filosofi dalam budaya Jawa ini
sangat dalam artinya. Seringkali dalam
kenyataan hidup ini calon orangtua
bahkan para provider tidak sabar untuk
menanti “sangate/saat-nya” tersebut.
Sehingga seringkali akibat rasa tidak
sabaran inilah maka muncul rasa takut,
muncul rasa khawatir, muncul rasa tidak
percaya kepada tubuh dan bayi, dan
akibatnya berbagai intervensi yang
sebenarnya tidak perlu di lakukan.
Dimana satu intervensi akan
menimbulkan munculnya intervensi
berikutnya dan berikutnya lagi.
4. Tidak Kejar Target
Proses kelahiran, kematian adalah
rahasia Sang Pencipta. Dan ini akan
terjadi ketika Dia menghendakinya.
Artinya bahwa seharusnya tidak ada
kata-kata death line di dalam proses
persalinan. Kita tahu bahwa ilmu
pengetahuan dan tehnologi berkembang
untuk membantu Anda dan saya, untuk
memudahkan Anda dan saya dalam
menjalani dan mendampingi proses
persalinan. Sebagai contoh penggunaan
rumus Neagle dalam penentuan hari
perkiraan lahir, atau USG untuk
menentukan umur kehamilan dan hari
perkiraan lahir. Semua tehnologi dan ilmu
tersebut bertujuan untuk mempersiapkan
Anda dan saya supaya lebih “aware”
atau lebih waspada kapan sekiranya bayi
Anda akan dilahirkan. Namun
kenyataannya seringkali justru Hari
Perkiraan Lahir dianggap sebagai harga
mati dalam persalinan dimana jika hari
perkiraan lahir tersebut terlampaui maka
berbagai intervensi dilakukan agar sang
bayi segera lahir, tidak perduli apakah
tubuh ibu sudah siap atau belum, atau
apakah bayi memang sudah siap untuk
dilahirkan atau belum. Tanpa melihat
pola menstruasi sang ibu yang lalu atau
pola konsepsi yang terjadi HPL jadi
harga mati. Sehingga seringkali
intervensi yang tidak perlu terjadi
karena mental “kejar target/kejar
death line “ ini.
Tidak hanya itu saja, ketika masuk dalam
proses persalinanpun seringkali provider
menetapkan tentang target pembukaan.
Dimana pembukaan haruslah berjalan
sekian jam. Namun ketika pembukaan
berjalan dengan sedikit lebih lambat,
dan tidak sesuai dengan tabel grafik
atau pedoman yang mereka pakai, maka
tanpa melihat akar masalah dari
pembukaan yang melambat tersebut,
provider langsung melakukan berbagai
intervensi untuk mengejar target
pembukaan.
Nah pertanyaan yang perlu di renungkan
adalah:
Di dalam teori dan penelitian dikatakan
bahwa setelah pembukaan 5 cm, maka
pembukaan akan meningkat satu
sentimeter tiap jam-nya. Jadi misalnya
pembukaan lima terjadi di pukul 18;00
maka pukul 23;00 pembukaan harusnya
sudah lengkap.
Nah dari teori dan penelitian tersebut,
apakah bisa diterapkan kepada semua
wanita bersalin di muka bumi ini? Tentu
saja tidak! Karena proses kelahiran tidak
bisa di atur jam nya. Namun yang
terjadi adalah seringkali teori dan hasil
penelitian tersebut dijadikan sebagai
standart operating procedur (SPO) yang
membuat provider seolah-olah
memperlakukan seorang ibu bersalin
seperti “robot yang melahirkan”.
Nah apa yang terjadi jika perilaku kejar
target ini Anda miliki saat proses
persalinan?
Dimana setiap saat Anda melihat jam
dinding untuk menghitung sekiranya
berapa lama Anda akan menjalani proses
persalinan ini, yang barangkali terasa
tidak nyaman bagi Anda? Lalu perasaan
apa yang akan Alami jika ternyata
target waktu yang sudah ditentukan
tersebut terlampaui, misalnya didalam
teori dikatakan bahwa proses persalinan
untuk ibu yang pertama kali bersalin
adalah sekitar 18 sampai 24 jam. Namun
apa yang terjadi atau yang Anda
rasakan jika ternyata 24 jam tersebut
sudah terlewati dan ternyata proses
pembukaan masih berlangsung lama?
Bukankah itu justru akan menghambat
proses karena justru Anda menjadi stres
dan semakin cemas dan khawatir?
5. Percaya diri (Trust)
Belajar untuk “mendengarkan” tubuh
belajar untuk memercayai tubuh adalah
elemen kunci dalam keberhasilan sebuah
persalinan alami. Ketika mind set Anda
menyatakan bahwa tubuh seorang wanita
di ciptakan untuk melahirkan alami, maka
Anda akan mampu menjalani proses
persalinan tersebut walaupun mungkin
proses tersebut begitu tidak nyaman
atau bahkan menyakitkan. Namun
sebaliknya jika di dalam diri Anda tidak
percaya diri, maka Andapun tidak akan
mampu melewati masa-masa itu dengan
baik.
Percaya kepada kekuatan tubuh, percaya
pada kekuatan bayi Anda dan tentunya
percaya kepada Nya bahwa Anda
diciptakan untuk melahirkan alami
dijaman ini memang bukan sesuatu yang
mudah namun harus Anda lakukan untuk
mencapai Gentle Birth.
6. Pengakuan dan penerimaan
(Acknowledgment)
Beberapa tahun yang lalu sebelum hamil,
Bunda Sari mengalami kecelakaan mobil
yang serius yang menyebabkan tulang
panggulnya sedikit mengalami cidera
atau retak sedangkan sendi atau engsel
yang menghubungkan panggul dengan
tulang pahanya bergeser bahkan
terlepas. Pemulihan yang dia lakukan
cukup lama. Setelah kondisinya pulis,
satu tahun kemudian bunda Sari hamil.
Dan dia ingin sekali melahirkan normal
alami tanpa intervensi medis.
Berbagai upaya dia lakukan, mulai dari
mencari dokter kandungan yang “pro
normal” kemudian menceritakan apa
yang dia alami. Namun sang dokter
sangat fokus dengan kondisi tulang
panggul dan paha pada bunda Sari. Lalu
di usia 32 minggu, ternyata posisi
janinnya sungsang. Dan itu membuat
sang dokter tidak mengijinkan bunda
Sari untuk melahirkan secara normal
alami.
Mengerti bahwa dia kecewa dan marah
dengan kondisi dirinya sendiri, maka
bunda Sari mencoba melakukan action.
Dia menjelajahi internet, dia bertanya
kepada suami dan teman-temannya. Dia
mencoba untuk melakukan Yoga, tai chi,
Hypnobirthing dan visualisasi supaya
posisi bayinya kembali ke posisi kepala.
Saat itu bunda Sari sangat tidak ingin
melahirkan secara sesar. Dan akhirnya
bunda Sari semakin rajin untuk mencoba
membangun koneksi atau hubungan
dengan tubuhnya dan bayinya. Di usia
kehamilannya yang menginjak 35 minggu
saat itu, ternyata sang bayi tetap saja
berada dalam posisi sungsang, namun
saat itu setelah melakukan relaksasi dan
komunikasi dengan janin bunda Sari
tiba-tiba menyadari bahwa melahirkan
itu tidak hanya tentang dia pribadi,
namun juga tentang dirinya dan
anaknya. Apa yang terbaik bagi bayinya
itu yang seharusnya dia fikirkan.
Setelah selesai melakukan relaksasi dan
komuniksai dengan janin akhirnya bunda
sari justru menginginkan Operasi Sesar.
Namun yang dia inginkan adalah operasi
sesar yang lebut yang benar-benar dia
persiapkan secara mental dan spiritual.
Karena memang secara fisik bunda Sari
tidak memungkinkan untuk dapat
melahirkan secara normal alami.
Kemarahan dan kekecewaan terhadap
diri sendiri akhirnya hilang dan berganti
dengan rasa percaya diri yang luar
biasa. Dan alhasil di usia 40 minggu
budan Sari melakukan operasi sesar yang
terencana. Dan dia mendapatkan
pengalaman operasi yang menyenangkan
karena kebetulan dokter yang
menanganinya adalah dokter yang sudah
mengenal dan mengerti tentang
penerapan gentle birth pada operasi
sesar bahkan dokter tersebut mau dan
mengijinkan untuk melakukan inisiasi
menyusu dini di ruang operasi. Hari
ketiga setelah operasi jahitan luka
operasi bunda Sari sudah sembuh dan
Asinya pun lancar memancar.
Kisah bunda Sari diatas membuat kita
sadar bahwa terkadang ada suatu
kondisi dimana memang tidak
memungkinkan untuk Anda melahirkan
dengan normal alami. Mencoba untuk
berdamai dengan kondisi Anda adalah
hal yang terbaik. Sikap pengakuan dan
penerimaan itu penting. Untuk
menghindari kekecewaan dan trauma
yang berkepanjangan.
7. Pasrah dengan apa yang terjadi
(Letting Be)
Dalam proses persalinan terkadang kita
tidak dapat mengontrol segala
sesuatunya. Sebuah kisah yang mungkin
dapat menjelaskan arti kata Letting Be
di atas adalah kasus bunda Risky.
Bunda Risky (Jogja) adalah klien saya
yang sangat positif. Setiap selasa pagi
jam 09;00 hampir dia tidak pernah absen
mengikuti kelas prenatal yoga yang saya
adakan di Studio Yoga Balance di hotel
Puri Artha Jogja. Selain rajin beryoga,
bunda Risky juga mengikuti kelas Gentle
Birth Balance dimana saya mengajarkan
tentang Hypnobirthing dan tentang
gentle birth. Segala upaya yang
dilakukan selama kehamilan adalah
upaya untuk bisa bersalin dengan normal
alami. Bahkan ketika bunda Risky sudah
mengalami pembukaan satu sentimeter-
pun bunda Risky masih mengikuti
prenatal yoga. Ceritanya pembukaan
yang dialami bunda Risky sangatlah
lambat, pembukaan satu hingga lengkap
terjadi selama tiga hari. Dan selama
tiga hari tersebut kondisi janin sangat
baik, detak jantung normal, gerakan
normal, ketuban utuh dan bunda Risky
merasa nyaman karena rasa sakit yang
dia alami sangatlah minim. Ketika
pembukaan lengkap, dan bunda Risky
mulai mengejan ternyata penurunan
kepala bayi tidaklah signifikan. Hampir
dua jam mengejan dengan berbagai
posisi (duduk, jongkok bahkan berdiri)
dilakukan namun ternyata kepala janin
hanya bisa turun hingga tengah panggul
saja (Hodge 1+) saja dan tidak bisa
lebih jauh lagi. Kemudian saat itu
akhirnya saya merujuk bunda Risky ke
rumah sakit dengan diagnosa “kala dua
tidak maju” sesampai di rumah sakit
memang benar bahwa kepala janin tidak
bisa turun lebih jauh lagi, dan akhirnya
operasi sesarpun dilakukan. Dan setelah
selesai operasi sesar ternyata baru
diketahui bahwa penyebab kenapa kepala
bayi tidak mau turun adalah tali pusat
sang bayi yang terlalu pendek hanya
sekitar 20 sentimeter (normalnya 60-70
cm).
Nah kejadian kasus seperti bunda Risky
walaupun tidak banyak terjadi namun
bisa saja terjadi pada Anda, pasrah
dengan apa yang terjadi saat proses
persalinan adalah mental yang penting
sekali di bangun sejak awal. Sehingga
yang terpenting adalah Anda mau
mengupayakan sejak awal segala
persiapan yang dibutuhkan dalam
persalinan, kemudian saat proses
persalinan tiba cobalah untuk pasrah dan
menjalani proses dengan hati yang
ikhlas.
Karena yang paling penting adalah
bagaimana Anda mempersiapkan dan
berjalan bersama proses tersebut.
8. Kebaikan (Kindness)
Kebaikan adalah mutlak diperlukan bagi
Anda sebagai calon orangtua. Karena
energi ini sangatlah berdampak positif
dalam pola pengasuhan baik di dalam
rahim maupun jika janin Anda sudah
lahir. Ketika Anda memancarkan
kebaikan dan mengarahkan energi
kebaikan kepada semua orang termasuk
suami, janin dalam kandungan dan
keluarga maka Andapun akan merasa
nyaman dan tenang.
Berikut ini latihan meditasi yang bisa
Anda lakukan untuk membangun energi
kebaikan tersebut:
Meditasi untuk Kebaikan
Mengarah kepada sendiri
Semoga saya senang
Semoga aku menjadi berseri-seri sehat
Semoga saya terus tumbuh dan berubah
menuju kebaikan
Saya merasa dicintai dan didukung
Kemudian mengarah ke pasangan Anda
(Anda mungkin mengatakan nama
mereka di depan kalimat jika Anda
inginkan)
Semoga Anda senang
Semoga Anda menjadi berseri-seri sehat
Semoga Anda terus tumbuh dan berubah
menuju kebaikan
Semoga Anda merasakan cintaku
Kemudian mengarahkan kepada bayi,
(Anda mungkin mengucapkan nama bayi
Anda jika sudah ada dan jika Anda
inginkan)
Semoga Anda senang
Semoga Anda menjadi berseri-seri sehat
Semoga Anda terus tumbuh dan berubah
menuju kebaikan
Semoga Anda merasakan cintaku
Kemudian mengarah kepada keluarga
(termasuk anggota lain)
Semoga Anda senang
Semoga Anda menjadi berseri-seri sehat
Semoga Anda terus tumbuh dan berubah
menuju kebaikan
Semoga Anda merasakan cintaku
Lakukan ini sesering mungkin
Contoh kasus dalam persiapan bathin
dalam menghadapi persalinan ini adalah
seperti kasus yang pernah saya temui
berikut ini:
Suatu sore, bunda Mitha datang ke Klinik
Bidan Kita, dan mengambil kelas healing
birth trauma serta persiapan untuk
rencana VBAC-nya (Vaginal Birth After
Caesarean/ melahirkan normal setelah
sebelumnya opreasi sesar). Bunda Mitha
adalah seornag bidan, dan ibunyapun
seorang bidan senior di daerah
Surakarta. Di pertemuan pertama kelas
healing birth trauma, beliau bercerita
tentang semua trauma yang dia alami
saat melahirkan di rumah sakit, mulai
dari proses induksi, perlakuan para bidan
dan suster yang menurutnya kurang
manusiawi, operasi sesar yang tidak dia
duga sama sekali, pemisahan antara dia
dan bayinya selama beberapa hari. Dan
masih banyak sekali trauma yang dia
alami, hingga bunda Mitha tidak mau lagi
mengajar mata kuliah Asuhan persalinan
Normal di Stikes (sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan) karena dia merasa gagal
untuk melahirkan normal. Ketika ikut
kelas, hal pertama yang saya ajarkan
adalah tentang persiapan bathin dalam
proses persalinan. Nah suatu hari bunda
Mitha datang untuk melahirkan di Bidan
Kita, kontraksi demi kontraksi dilalui
dengan sabar dan tenang. Saat itu
ketubannya sudah pecah duluan
(Ketuban Pecah Dini), berbagai
treatment saya lakukan untuk
merangsang munculnya kontraksi dan
berharap pembukaan segera bertambah.
Namun yang terjadi penambahan
pembukaan berjalan sangat lambat. Dan
kepala janin tidak mau turun ke dasar
panggul. Ketika kontraksi datang kepala
janin mau turun namun sesaat kemudian
setelah kontraksi hilang kepala janin
naik kembali, begitu seterusnya. Hingga
akhirnya di pembukaan 8cm, detak
jantung janin menunjukkan reaksi distres
dimana detak jantungnya sekitar 170 x
per menit (angka normal= 120 – 160 x/
menit).
Akhirnya bunda Mitha saya rujuk
mengingat kondisi janinnya tidak
memungkinkan untuk tetap saya rawat di
Bidan Kita. Sesampai di Rumah Sakit,
setelah beberapa treatment yang mereka
lakukan maka detak jantung janin
kembali normal. Sekitar 5 jam, menunggu
ternyata pembukaan hanya tambah ½
cm saja. Dan kepala janinpun tidak mau
turun ke dasar panggul. Hal inilah yang
akhirnya menyebabkan sang dokter
memutuskan untuk melakukan operasi
sesar. Dan ternyata ketika di lakukan
operasi, sang bayi mengalami lilitan tali
pusat sebanyak 3 kali lilitan dan ketat.
Hal inilah yang ternyata menyebabkan
kepalanya tidak mau turun dan
pembukaannya berjalan begitu lambat.
Karena Bunda Mitha sudah dipersiapkan
mentalnya untuk menghadapi segala
kemungkinan dalam persalinan, dima adia
belajar tentang kesabaran, pasrah,
kebaikan, maka justru di proses operasi
sesar yang kedua ini dia tidak mengalami
trauma. Dan mampu melihat semua
peristiwa dari kacamata yang positif.
Dan saya sangat bersyukur untuk hal ini.
Kita tahu dan kita tidak bisa memungkiri
bahwa terkadang ada sesuatu yang
terjadi diluar harapan kita ketika dalam
proses persalinan dan kelahiran. Nah
belajar untuk mempersiapkan mental dan
spiritual untuk menghadapi proses
persalinan adalah mutlak diperlukan
untuk Anda calon orang tua.
Selamat memberdayakan diri
Salam Hangat
Yesie Aprillia
Resource:
- Aprillia, Yesie. Hipnostetri. Jakarta;
Gagas Media, 2010
- Aprillia, Yesie. Siapa Bilang
Melahirkan Itu Sakit, Yogyakarta; Andi
Offset, 2011
- Aprillia, Yesie. Gentle Birth, Jakarta;
Grasindo, 2012
- Aprillia, Yesie. Art Of Waterbirth,
Jakarta; Grasindo 2013
- Balaskas, Janet. Active Birth.
Boston: Harvard Common Press, 1992
- Boston Womens’s Health Book
Collective. Our Bodies, Ourselves:
Pregnancy and Birth, Newyork:
Touchstone, 2008
- Bardacke, Nancy. Mindful Birthing;
Training The Mind, Body, and Heart For
Childbirth and Beyond. New York;
HarperCollins Publisher, 2012
- Biyth, Jenny. Birthwork; a
compassionate guide to being with birth.
Queensland, 2007
- Chopra, Deepak. A Holistic Guide to
Pregnancy And Childbirth; Magical
Beginnings Enchanted Lives. USA: Three
Rivers Press, 2005
- Chamberlain, David. The Mind of
Your Newborn baby, 3d edition.
Berkeley, Calif.: Nort Atlantic Books,
1998
- Dick- Read, Grantly. Childbirth
Without Fear: The prinsciples and
Practise of Natural Childbirth, London:
Pinter & Martin, Ltd., 2004
- England, Pam. Birthing From Within.
USA, Partera Press, 1998
- Gaskin, Ina May. Ina May’s Guide to
Childbirth. New York; Bantam Books,
2003
- Gaskin, Ina May. Spiritual
Midwifery, 4th edition, Summerville,
Tenn: book publishing Company, 2002.
- Germain, Blandine Calais. Preparing
for a Gentle Birth, Healing Arts Press.
2009
- Goer, Henci. The Thinking Woman's
Guide to a Better Birth (Paperback).
Penguin Putnam Inc , 1999
- Gurmukh Kaur Khalsa. Bountiful,
Beautitul, Blissful: Experience the
natural Power of Pregnancy and Birth
with Kundalini Yoga and Meditation. New
York: St. Martin’s Press. 2003
- Harper, Barbara. Gentle Birth
Choices, Healing Art Press, 2005
- Klaus, Marshall H., John H. Kennell,
and Phyllis H. Klaus. The Doula Books;
How a trained Labor Companion Can Help
You Have a Shorter, Easier and Healthier
Birth. USA: Perseus Publishing, 2012.
- Kitzinger, Sheila. The Complete Book
of Pregnancy and Childbirth; New
Edition. New York; Alferd A. Knipf, 1997
- Kitzinger, Sheila. Rediscovering
Birth. New York; Pocket Books, 2000.
- Lothian, Judith and Charlotte
DeVries. The Official lamaze Guide;
Giving Birth with Confidance. New York;
Meadowbrook Press, 2010
- Laboyer, Frederick. The Art of
Giving Birth; With chanting, Breathing
and Movement. German, Healing arts
Press, 2006
- Northrup, Christine. Women’s Bodies,
Women’s Wisdom. New York; Bantam,
1994
- Newman, Robert Bruce. Calm Birth;
New Method for Conscious Childbirth.
North Atlantic Books, Berkeley,
California. 2005
- Odent, Michel. Birth Reborn. New
York; Birth Works, 1994
- Odent, Michel, The Scientification of
Love. London, Free Association Books,
1999
- Sears, William, and Martha Sears.
The Baby Book; Everthing You Need to
Know Help a Woman Through Childbirth.
Boston; Harvard Common Press, 1989
- Simkin, Penny. The Birth Partner: A
complete Guide to Childbirth for Dads,
Doulas, and All Other Labor Companions.
Massachusetts: Havard Common Press,
2008
- Susan Mc Cutcheon, Natural
Childbirth the Bradley Way, a Plumm
book, 1996

Tidak ada komentar:

Posting Komentar